REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan terakhir, harga gabah anjlok menyentuh angka Rp 2.500 per kilogram (kg) Gabah Kering Panen (GKP). Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengatakan, bahkan dalam kondisi normal harga GKP rata-rata di atas Rp 4 ribu.
Ia melanjutkan, penurunan harga dipengaruhi hujan yang terus terjadi sehingga petani kesulitan mengeringkan gabah. Sementara, sarana alat pengering di tingkat petani masih sangat langka. "Dengan pertimbangan ini, petani lebih baik menjual dengan harga murah ke tengkulak daripada rugi lebih besar," katanya kepada wartawan, Kamis (23/2). Sebab, kalau dibiarkan gabah akan berkecambah sehingga tidak bisa dijual.
Berdasarkan informasi yang ia terima di seluruh sentra produksi padi di Jawa mengalami penurunan harga seperti Lumajang harga terendah Rp 2.700 per kg, Jombang Rp 2.800 per kg, Bojonegoro Rp 2.700 per kg, Pandeglang Rp 2.500 per kg, Ngawi Rp 3.200 per kg, Rembang Rp 2.300 per kg, Demak Rp 2.500 per kg, Blora Rp 2.500 per kg dan Indramayu Rp 2.800 per kg.
Sayangnya, kata dia, jatuhnya harga gabah belum diimbangi dengan upaya pemerintah untuk menyelamatkan petani. Seharusnya pemerintah sudah dapat memprediksi langkah-langkah strategis. Termasuk kehadiran Bulog membeli hasil panen dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
"Walaupun harga HPP masih di bawah harga pasar pada kondisi normal, setidaknya membantu petani karena mendapat harga lebih baik dari harga di tengkulak," lanjut dia.
Berdasarkan HPP, GKP dibeli pemerintah sebesar Rp 3.700 dengan kadar air 25 persen. Tapi diakui Said, dalam kondisi normal rata-rata harga GKP berada di kisaran Rp 4 ribu per kg.
Dalam kesempatan tersebut ia meminta pemerintah memfasilitasi mesin pengering di tingkat petani dan menyiapkan dana dalam skema khusus jika terjadi kejadian luar biasa seperti saat ini. "Dengan demikian bisa diambil tindakan cepat," ujarnya.