Jumat 24 Feb 2017 11:20 WIB

Peperangan Sharayim, Nabi Daud, dan Raja Pertama Bani Israil

Sha'arayim, tempat yang diyakini medan perang antara Daud, Thalut,dan Jalut.
Foto: Youtube
Sha'arayim, tempat yang diyakini medan perang antara Daud, Thalut,dan Jalut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar umat Islam, pernah mendengar kisah Nabi Daud AS. Sebagaimana diterangkan dalam Alquran, Nabi Daud AS adalah seorang raja yang memiliki berbagai kelebihan. Antara lain, bersuara merdu dan mampu menundukkan gunung-gunung.

Jauh sebelum diangkat menjadi raja dan Nabi bagi bangsa Israel, Daud turut berperang bersama dengan raja bangsa Israel pertama, Thalut, melawan Jalut. Dalam peperangan ini, pasukan Thalut berjumlah sangat sedikit, sedangkan tentara Jalut sangat banyak.

Namun, pada peperangan ini, pasukan Thalut berhasil memenangi peperangan. Dan, Jalut sendiri akhirnya tewas oleh Daud, yang ketika itu masih berusia belia (muda). Kisah ini secara lengkap diabadikan dalam Alquran surah Albaqarah ayat 242-257. Dan, dalam versi Yahudi maupun Kristen, peperangan antara Daud melawan Jalut ini dikenal dengan nama David (bertubuh kecil) versus Goliath (bertubuh besar seperti raksasa).

Seusai peperangan ini, nama Daud kemudian dielu-elukan rakyat Kana'an (Israel). Dan, setelah Thalut meninggal dunia, Daud diangkat menjadi raja bangsa Israel dan ia mewarisi kerajaannya Thalut.

Sha'arayim

Peperangan antara Thalut, Daud, dan Jalut ini menurut para ahli sejarah terjadi sekitar tahun 1050 Sebelum Masehi (SM). Hal yang sama juga diungkapkan Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul (2008).

Baru-baru ini, seorang arekeolog asal Israel dari Universitas Hebrew (Hebron), Jerusalem, Prof Yosef Garfinkel, berhasil menemukan lokasi tempat terjadinya peperangan antara Thalut dan Daud melawan Jalut. Lokasi itu berada di Lembah Elah, dekat Kota Sha'arayim, Jerusalem. Penemuan ini kemudian dipublikasikan oleh National Geographic News pada 26 November 2008 lalu.

Di lokasi ini, Prof Yosef menemukan bangunan berupa pintu gerbang dari sebuah benteng kuno. Dalam Kitab Perjanjian Lama disebutkan, tempat pertempuran antara Daud melawan Jalut ini terjadi di Kota Sha'arayim. Sha'arayim disebut sebanyak tiga kali dalam Perjanjian Lama, dan dua kali dikaitkan dengan Nabi Daud AS.

Dalam bahasa Ibrani, kata Sha'arayim bermakna benteng dengan dua pintu. Prof Yosef meyakini, bangunan yang berupa tumpukan batu-batu itu merupakan Kota Sha'arayim.

''Semua situs dari periode yang sama sejauh ini hanya memiliki satu gerbang. Kami menemukan dua gerbang dan ini sangat tidak biasa (jarang). Gerbang tersebut masing-masing dibangun dari batu-batu seberat 10 ton,'' ujar Prof Yosef.

Sementara itu, hasil tes uji isotop karbon terhadap bebatuan dan barang tembikar yang ditemukan Garfinkel diperkirakan berusia antara 1000-975 SM. Suatu waktu yang merupakan masa periode kekuasaan Raja Daud di Israel.

Penemuan ini merupakan temuan yang kedua di sekitar Benteng Elah atau Khirbet Qeiyafa dalam bahasa Arab. Saat ini, lokasi persisnya berada di Kota Bet Shemesh.

Sebelumnya, pada Oktober lalu, Garfinkel berhasil pula menemukan sejumlah barang tembikar berusia sekitar 3000 tahun. Beberapa di antaranya terdapat teks berbahasa Ibrani. Temuan ini dianggap temuan terpenting di Israel  sejak penemuan Surat Gulungan di Laut Mati beberapa tahun lalu.

Garfinkel meyakini, penemuan itu akan menambah bukti baru bahwa Kota Sha'arayim merupakan benteng terdepan atau pusat dari Kerajaan Israel di masa Raja Daud AS. Benteng itu juga merupakan petunjuk Zaman Besi yang saat itu dikuasai Raja Daud. Sebagaimana diketahui, Raja Daud AS adalah perintis penggunaan besi pada masanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement