REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Prancis, Jean-Marc Ayrault, mengatakan, Islam sedang menghadapi tantangan berat. Islam telah digunakan untuk tujuan politik melalui terorisme.
"Ajaran damainya telah disalahgunakan oleh kelompok tertentu," ujar Ayrault, dalam Public Address di Auditorium IFI, Jakarta Pusat, Selasa (28/2).
Menurutnya, tindakan terorisme suatu kelompok sama sekali tidak berhubungan dengan Islam. Para teroris mulai memasukkan dunia ke dalam permainan mereka, dan hal itu perlu dihindari. "Terorisme tidak memiliki agama dan kewarganegaraan," ungkapnya.
Ayrault juga tidak setuju jika sebuah negara dianggap sebagai ancaman. Hal itu menurut dia, hanya akan menimbulkan diskriminasi negara dan justru semakin menyulitkan masyarakat internasional untuk melawan ekstremisme.
Ia menyatakan, Prancis dengan tegas menolak segala pesan kebencian, terlebih terhadap Islam yang telah menjadi korban fitnah kelompok teror. Prancis juga diakuinya sangat menghormati dan menghargai Islam.
"Hal itu terlihat dari migrasi dan pertukaran penduduk. Islam menjadi agama kedua terbesar di Prancis, yang mendapat tempat di Prancis di samping warga negara lainnya," kata dia.
Prancis telah menjadi negara netral, yang menghormati semua agama dan semua penduduk yang tidak beragama. Ayrault menegaskan, Prancis juga akan terus melindungi tempat ibadah semua agama.