REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbeda dengan sejumlah kitab hadis yang memuat hadis berdasarkan bab tentang ibadah, seperti taharah, shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya, kitab Jawahir al-Bukhari yang juga berisi kumpulan hadis Nabi SAW memuat lebih dari 340 bab (topik pembahasan). Pembahasan dimulai dari bab tentang cara penerimaan wahyu Rasulullah SAW dan ditutup dengan bab keutamaan berdoa.
Bab pertama adalah hadis yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah RA yang menjelaskan wahyu yang diterima Rasulullah SAW. Dalam hadis tersebut, dijelaskan beberapa hal tentang penerimaan wahyu, di antaranya bagaikan sebuah suara yang langsung merasuk dalam jiwa Rasulullah SAW. Pada kesempatan lain, kata Rasul, wahyu datang bagaikan suara lebah yang mendengung serta getaran-getaran.
Dalam menerima wahyu itu, Rasulullah SAW pernah melihat Jibril dalam rupanya yang asli. Sedangkan, dalam kesempatan lain, beliau melihat Jibril dalam rupa yang lain.
Pada bab berikutnya, dibahas tentang takwa, hidayah, dan rukun Islam. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar RA, dijelaskan bahwa tidak sampai hakikat ketakwaan seorang hamba hingga dirinya merasa yakin dengan apa yang dijalankannya dalam hatinya ketika dia beribadah kepada Allah.
Penjelasan Ibnu Umar ini didasarkan pada firman Alah SWT yang menyatakan, ''Sesungguhnya, orang yang beriman kepada Allah itu adalah orang yang hatinya senantiasa ingat (berzikir) kepada Allah. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka, bergetarlah hatinya dan bertambahlah keimanannya.''
Ibnu Mas'ud RA dalam mengomentari hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar RA ini menjelaskan, sesungguhnya keyakinan beriman itu harus sepenuhnya. Artinya, tidak sampai seorang manusia pada derajat iman kepada Allah hingga dia meninggalkan segala perbuatan maksiat, dosa, dan segala yang dilarang Allah SWT.
Ditambahkan Ibnu Mas'ud, orang yang bertakwa dan beriman kepada Allah itu adalah senantiasa mengingat Allah di mana pun mereka berada dan dalam kondisi apa pun. Mereka selalu berzikir saat berdiri, duduk, atau berbaring. Hatinya senantiasa mengharapkan ridha Allah SWT.
Sementara itu, mengenai rukun Islam, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Sufyan dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar bin Khattab RA, Rasulullah SAW menyatakan, ''Sesungguhnya, agama Islam itu dibangun dengan lima hal, yaitu bersyahadat (bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah), mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.''
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT, ''Bukanlah kebajikan itu menghadapkan wajah ke timur dan barat. Akan tetapi, kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, kepada hari Akhir, kepada Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, serta mengeluarkan sebagian rezekinya bagi orang-orang yang dicintainya, kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang yang berhutang mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.''
Syekh Musthafa Muhammad Imarah yang mengutip hadis Nabi SAW yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amar menuturkan bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya tentang Islam yang baik. Rasul menjelaskan, Islam yang baik itu adalah memberi makan orang yang membutuhkan dan mengucapkan salam, baik kepada orang yang dikenal maupun tidak.
Sementara itu, Anas bin Malik RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan, ''Tidaklah beriman seseorang di antaramu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.''
Lalu, ditambahkan, ''Tidaklah dikatakan beriman seseorang di antaramu hingga dirinya lebih mencintai diriku (Nabi SAW), melebihi cintanya kepada anaknya, orang tuanya, dan manusia seluruhnya.''
Ini adalaha salah satu keterangan yang terdapat dalam kitab Jawahir al-Bukhari. Penjelasan yang terdapat di dalamnya memberikan kemudahan bagi pembaca untuk memahami lebih dalam tentang makna dari hadis yang menjadi objek pembahasan.