REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah yakin pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di kuartal pertama 2017 bisa tembus 5,0 persen. Meski sebelumnya, Bank Indonesia (BI) sempat memproyeksikan pertumbuhan PDB kuartal I akan bertahan di bawah 5,05 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama ini masih bertumpu pada kinerja perdagangan yang di Januari lalu mulai menunjukkan pemulihan. Darmin menyebutkan faktor cuaca ikut memberikan andil terhadap dorongan pertumbuhan ekonomi. Alasannya, musim panen tahun ini mulai bergeser ke kuartal I, di saat tahun lalu berada di kuartal II.
"Produksi malah bagus. Jadi, memang yang perlu kita lihat adalah anggaran, walaupun kuartal pertama tidak trlalu bagus. Tapi saya lihat kok kuartal satu ini tidak jelek, masih lebih baik dari kuartal 1-2016. Dulu 4,92 sekarang bisa 5,0 (persen)," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (10/3).
Darmin juga menyadari bahwa konsumsi pemerintah di kuartal pertama belum bisa melaju kencang. Meski demikian, ia yakin bahwa pendorong pertumbuhan bisa digantikan oleh konsumsi masyarakat, investasi, dan kinerja ekspor.
Menurutnya, kinerja ekspor Indonesia masih bisa bertahan meski gonjang-ganjing ekonomi dunia belum sepenuhnya reda. Hal ini menurutnya bisa dilihat dari perkembangan kurs rupiah terhadap dolar AS dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Coba lihat keadaannya ya baik, walaupun orang sedang menunggu bagaimana The Fed dan AS melakukan kebijakan," ujarnya.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menyebutkan bahwa berdasarkan pemantauan Kemenkeu, belanja kementerian dan lembaga di awal 2017 masih lebih tinggi dibanding raihan pada 2016. Catatan pemerintah, realsiasi belanja pemerintah hingga Februari 2017 mencapai Rp 168,63 triliun. Percepatan realisasi belanja pemerintah, ujarnya, bisa dilakukan berkat proses lelang yang dilakukan lebih awal di akhir tahun lalu. "Dari pemantauan awal kita, belanja KL 2017 lebih tinggi dibanding dua bulan 2016. KL itu lebih tinggi sekitar Rp 2 triliun, dan 2016 sudah lebih ketat dibanding 2017," katanya.