REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia menggelar acara Seminar dan Workshop Film Islami ASEAN di Jakarta, Sabtu (25/3). Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama, Kamaruddin Amin mengatakan, acara seminar begitu bagus, dan strategis dalam rangka memberikan ruang baru kepada para santri untuk beraktualisasi.
"Kami berterima kasih kepada MUI yang telah berinisiasi untuk melaksanakan, dan bersinergi dengan kami selaku pemerintah untuk memberdayakan pondok pesantren dan para santri. Dalam rangka untuk meningkatkan kapasitas mereka di bidang life skill yang santri butuhkan di era globalisasi," kata Kamaruddin di Jakarta, Sabtu (25/3).
Ia melanjutkan, melalui seminar ini para santri dapat mengetahui bagaimana menjadi sutradara, menghasilkan film yang menarik, dan lainnya. Kamaruddin berharap, kegiatan ini tidak hanya berjalan pada tahun ini, tetapi berkesinambungan supaya para santri lebih produktif.
"Film tidak hanya sebagai instrumen hiburan, tapi bisa menyampaikan pesan-pesan nilai yang positif, seperti film religi, budaya, apa saja yang bisa informatif memberikan pendidikan kepada masyarakat. Film akan menjadi pengembangan Keindonesiaan, budaya dan sebagainya," ujarnya.
Dalam acara seminar, dibahas mengenai Perkembangan Film Islami di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Dengan beberapa narasumber diantaranya, Helvy Tiana Rosa, penulis, dosen, Produser Film Indonesia, Syed Nurfaiz Khalid, Ass. Direktur Les' Copaque Production Malaysia, Dr. Zefri Ariff, Seniman dan Dosen Universitas Brunei Darussalam, serta lainnya.
"Apa yang disampaikan Dr. Zefri yakni ambilah inisiatif untuk menyampaikan ide, sebelum dipaksa mengonsumsi ide orang lain. Jadi dalam berkehidupan, kita yang kreatif punya ide, atau kita yang dipaksa untuk konsumsi ide orang lain," kata Moderator seminar, Habiburrahman El Shirazy.
Habiburrahman melanjutkan, begitu umat islam tidak kreatif, misalnya dalam film kartun, maka akan dipaksa untuk mengonsumsi kartun Jepang. Tetapi kalau umat islam yang kreatif, maka Jepang yang akan mengonsumsi produksi umat islam.
"Maka kita harus berterima kasih, di Asia Tenggara kekosongan film anak, muncul Upin dan Ipin, maka kita undang ke MUI. Itu yang sebagian disampaikan, umat islam perlu lebih kuat dalam berukhuwah apa itu strategi-strategi budaya, dan tidak bisa Malaysia sendiri, Brunai sendiri, harus berpandangan holistik," ujarnya.