REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Maksum Machfoedz, merasa pola pikir sebagai mayoritas jadi salah satu alasan minimnya pengusaha Muslim yang sukses. Hal itu berbanding terbalik dengan kelompok minoritas.
"Kita yang mayoritas, sukses itu kalau jadi PNS, tentara, jenderal, politisi dan lain-lain," kata Maksum kepada Republika.co.id Selasa (29/3) malam.
Ia menerangkan, kesempatan yang sulit justru membuat kaum minoritas hanya melirik kesempatan ekonomi, yang sifatnya swasta. Akibatnya, mereka tidak pernah merasa ingin jadi PNS, tentara, polisi, jaksa atau hakim, kecuali minimal.
Hal itu dikarenakan pilihan yang ada, atau mungkin satu-satunya jalan tentu menjadi pengusaha. Bahkan, sejak kecil, kaum minoritas telah bercita-cita jadi pengusaha sukses, dan itu yang terus dikejar. Bukan justru mengejar jabatan struktural."Ukuran suksesnya, suksesnya usaha, ini pertaruhan derajat," ujar Maksum.
Padahal, lanjut Maksum, banyak kontaminasi untuk menjadi sukses dari yang tekun sampai nakal. Sayangnya, usai sukses selalu ada cara-cara kontaminatif politis untuk main-main, tentu dengan kemudahan aturan main yang ada.
Semisal pemilik ratusan ribu lahan sawit, HPH, konsesi impor pangan, dia mengatakan, itu semua dinilai sebagai produk KKN pengusaha kaya dan oknum penguasa. Maka, kesenjangan dan gap kesempatan makin lebar.
"Persentase 16 persen (24 pengusaha Muslim dari 150 pengusaha terbesar Indonesai) itu akan semaki kecil kalau KKN itu dibiarkan," kata Maksum.