Rabu 12 Apr 2017 13:29 WIB

Delapan Orang Tewas dalam Baku Tembak dengan Abu Sayyaf

Militan Abu Sayyaf di Filipina.
Foto: Youtube
Militan Abu Sayyaf di Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pasukan Filipina berhasil menewaskan sedikitnya lima tersangka militan Abu Sayyaf dan menderita kerugian tiga anggota militer tewas selama baku tembak di provinsi Bohol beberapa hari setelah peringatan perjalanan yang dikeluarkan negara-negara Barat, kata pejabat militer, Selasa (11/4).

Baku tembak terjadi setelah Kedutaan Amerika Serikat dan Kanada di Manila memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Visayas Tengah, yang mencakup Cebu dan Bohol, di mana kelompok pemberontak mungkin mencoba melakukan penculikan selama Pekan Suci di negara mayoritas Katolik tersebut.
 
Cebu dan Bohol adalah dua tujuan wisata paling populer di negara itu, jauh dari pulau pertahanan Abu Sayyaf, sebuah kelompok yang dikaitkan dengan ISIS dan dikenal dengan perbuatan pemerasan, pembajakan, dan penculikan untuk meminta tebusan.
 
Abu Sayyaf saat ini memegang lebih dari dua lusin tawanan di Pulau Jolo wilayah selatan. "Kami telah menerima laporan bahwa lima dari militan tewas dan kami juga menyita empat senjata api berat milik mereka," kata juru bicara militer Kolonel Edgard Arevalo.
 
"Tapi sayangnya kami juga kehilangan tiga anggota militer sementara dua lainnya terluka," kata Arevalo.
 
Kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Eduardo Ano mengatakan pasukan keamanan melancarkan operasi setelah menerima laporan intelijen bahwa sebuah kelompok bersenjata berat yang terdiri dari 10 orang terlihat menaiki tiga kapal di sepanjang sungai dari Sitio Ilaya di Kota Inabanga.
 
Motif kelompok untuk bepergian ke Bohol tidak diketahui. Mereka terpojok dan terisolasi di bagian dari kota. Awal bulan ini, pasukan pemerintah menewaskan lebih dari 10 gerilyawan Abu Sayyaf dalam upaya untuk membebaskan tawanan Vietnam.
 
Abu Sayyaf, yang berarti "Pembawa Pedang", awal tahun ini memenggal seorang sandera asal Jerman dan dua tawanan Kanada mengalami nasib yang sama tahun lalu. Mereka dieksekusi ketika tenggat waktu untuk membayar uang tebusan berakhir.
 
Presiden Rodrigo Duterte mengatakan teroris ISIS sedang mencoba menapakkan pengaruhnya di Filipina bagian selatan yang tengah bergolak, sebuah wilayah yang miskin, terbelakang dan penuh dengan pemberontakan. Dia telah memohon dengan kelompok separatis Filipina untuk menolak paham ekstremis. Militer telah terlibat dalam serangan berskala besar dengan Abu Sayyaf namun prosesnya telah terhambat oleh kehadiran warga sipil di Pulau Jolo dan Basilan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement