Sabtu 15 Apr 2017 09:10 WIB

Muslim Kuba Merindu Masjid

 Muslim Kuba mendengarkan pembacaan ayat suci Alquran usai makan Iftar atau buka puasa bersama di Havana, Cuba, Jumat (3/8).   (Desmond Boylan/Reuters)
Muslim Kuba mendengarkan pembacaan ayat suci Alquran usai makan Iftar atau buka puasa bersama di Havana, Cuba, Jumat (3/8). (Desmond Boylan/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim Havana selalu ke bingung an bila Jumat da tang. “Tak ada tempat untuk shalat Jumat,” ujar Pedro. Di Havana tidak ada masjid, begitu juga di kota lainnya di Kuba. Padahal, terdapat sekitar 1.500 Muslim di negara ini. Bisa dibilang, Kuba adalah satu-satunya negara Amerika Latin yang tak memiliki mas jid. Sebenarnya ada satu tem pat peribadatan di Havana yang bisa digunakan untuk menggelar shalat Jumat, yaitu The Arab House.

Tempat ini dimiliki oleh imigran Arab yang sangat kaya. Dia tinggal di Kuba sejak 1940. Selain sebagai tempat ber ibadah, The Arab House juga dilengkapi museum dan restoran. Sayangnya, tempat itu hanya boleh dikunjungi oleh orang Arab. Orang Kuba, meskipun dia Muslim, tidak diperbolehkan beribadah di tempat itu.

Alhasil setiap Jumat, Pedro Lazo Torres menyediakan apar temennya yang berada di lingkungan suburban Hava na sebagai tempat shalat ber ja maah bagi Muslim Ha vana. Mereka terkadang j u ga melakukan pengajian di tempat tersebut. Di apartemen itu, Pedro tinggal dengan is tri dan kedua anak mereka. Ia sudah menjadi Mus lim se lama 10 tahun, setelah se orang mahasiswa asing yang tugas belajar di Havana memperkenalkannya pada ajaran Islam.

Demi bisa menggelar sha lat Jumat, Pedro akan me nyingkirkan furnitur dan mem bentangkan karpet di lan tai dan balkon. Tapi, aliran air sering mati di Havana, be gitu juga di apartemen Pedro. Akibatnya, para jamaah ha rus memakai air dari ember yang diisi dari shower untuk keadaan darurat semacam itu. Namun itu tidak jadi masalah. “Kebudayaan boleh berbeda, tapi seseorang yang memeluk Islam harus menerima apa yang diperintahkan oleh Allah, sesederhana itu.”

Sebenarnya, menurut Pedro, sudah banyak negara Muslim yang menawarkan bantunan dana untuk membangun se buah masjid. Namun, Pedro ber harap, niat baik tersebut datang dari Pemerintah Ku ba sendiri. Sayangnya, sejauh ini Pemerintah Kuba be lum menyetujui adanya pembangunan masjid. Bagi Pe merintah Kuba, m ereka su dah cukup baik de ngan memperbolehkan keberadaan komunitas Islam dan mem perbolehkan Muslim melaksana kan ibadahnya. Hal ter sebut dirasa sudah cukup, mengingat Ku ba adalah negara sosialis yang semestinya tidak mengenal agama. Karena itu, pembangunan masjid dirasa sangat tidak mungkin.

Asisten Sekretaris Umum Liga Dunia Muslim (WML) Shekh Muhammad bin Nas sir al-Aboudy berharap, Peme rintah Kuba bisa merespons po sitif permintaan untuk mem bangun masjid. Sebuah tempat ibadah, lanjutnya, akan meningkatkan keimanan umat Islam di Kuba.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement