REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) tampaknya tak gencar dengan ancaman Amerika Serikat (AS). Bahkan, negeri ini balik mengancam akan melakukan serangan balik.
Media pemerintah Korut memperingatkan AS kalau mereka bisa melakukan serangan preemptive maha dahsyat ke AS. "Jangan bermain-main dengan kami," ujar media Korut tersebut, Rabu (19/4).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan, AS mencari cara untuk menekan Korea Utara agar menghentikan program nuklirnya. Bahkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengambil kebijakan garis keras menghadapi pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Namun, Kim menolak peringatan dari satu-satunya sekutu utamanya Cina dan melanjutkan program nuklir dan rudal yang bertentangan dengan sanksi Dewan Keamanan PBB. Korea Utara diam-diam secara teratur mengancam untuk menghancurkan Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Mereka sering memamerkan rudalnya.
"Kami meninjau semua status Korea Utara, baik dalam hal mendukung terorisme dan cara-cara lain di mana kita dapat memberi tekanan pada rezim Pyongyang untuk terlibat kembali dengan kita. Namun, Pyongyan perlu duduk kembali dengan kita di tempat yang berbeda dari perundingan sebelumnya diadakan," kata Tillerson, kemarin.
Wakil Presiden AS Mike Pence dalam sebuah turnya ke negara-negara sekutu di Asia mengatakan, era kebijakan sabar menghadapi Korut telah berakhir.