REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedatangan Islam ke wilayah Sudan Selatan tak dapat dielakkan dari sejarah kedatangan Islam ke Afrika secara global. Penyebaran Islam dimulai tak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 632 M. Penyebarannya dimulai dari Mesir. Pada 640 M, Khalifah Umar bin Khattab membawa 400 pasukan untuk membantu Amru bin Ash melawan Raja Romawi, Muqauqis, yang dianggap semena-mena terhadap bangsa Mesir.
Dua tahun kemudian, kaum Muslim berhasil mengusir Raja Romawi tersebut. Mesir menjadi pintu gerbang Islam masuk ke wilayah Afrika. Selain di Mesir, penyebaran Islam juga terjadi di Libya dan Nigeria yang merupakan basis kebudayaan Islam terkuat di Afrika.
Para prajurit Arab membawa Islam dari Arab ke Afrika Utara. Penaklukan pertama kali oleh pasukan Arab terjadi di Tripoli pada 643. Bangsa Arab menguasai Nubia pada 642 M. Namun, orang Nubian berusaha mempertahankan daerah mereka sehingga pasukan Arab mundur dari peperangan.
Orang Arab yang nomaden mencari-cari daerah padang rumput baru, dan pelaut ataupun saudagar Arab mencari wilayah untuk menjual rempah-rempah. Pernikahan antara orang Arab dan penduduk setempat melahirkan Arabisasi. Pemimpin pasukan Arab di Mesir, Abdullah bin Saad, lalu mengadakan perjanjian dengan bangsa Nubia yang berlangsung selama 600 tahun.
Ketika Kekhalifahan Turki Usmani berkuasa, Nubia Utara menjadi orbit mereka. Sejak itu, bangsa Funj yang menjadi kekuatan baru menggantikan kekuatan Kerajaan Kristen, Alwa. Pada 1504, pemimpin Funj, Amara Dungas, menemukan Kerajaan Sennar yang menjadi kunci kekaisaran Funj. Kekaisaran itu berbatasan dengan Arab-Muslim yang menggunakan bahasa Arab. Seiring waktu, bahasa Arab pun menjadi bahasa persatuan dan dibuktikan dengan dokumen kenegaraan pada abad ke-18.
Penyebaran Islam di kerajaan itu dimulai dari kalangan elite dan pedagang. Islam semakin menyebar ketika ulama dari Mesir dan Arab masuk ke daerah tersebut. Para ulama tersebut mempunyai pengaruh yang besar di Sudan bagian timur, yang merupakan tempat tercepat penyebaran Islam.
Mereka mendirikan lembaga pendidikan dan sekaligus memegang peranan sebagai anggota tarekat sufi. Ada beberapa tarekat yang berkembang di wilayah Funj, yaitu Shahiliyah pada abad ke-15, Qadiriyah pada abad ke-16, dan Majdubiyah pada abad ke-18. Berkat para fakih (ulama), sultan memasukkan Islam ke dalam struktur birokrasi pada abad ke-19 M.
Disarikan dari Pusat Data Republika