Kamis 04 May 2017 07:45 WIB

Direktur FBI Jawab Tuduhan Clinton

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Direktur FBI James Comey.
Foto: Ruters/Brian Snyder
Direktur FBI James Comey.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur FBI James Comey menjawab segala tuduhan yang dilayangkan Hillary Clinton terhadapnya. Pada Selasa (2/5), Clinton mengatakan kekalahannya dalam pemilu AS tahun lalu disebabkan oleh Comey yang membuka kembali penyelidikan skandal surel pribadinya, dua pekan sebelum pemungutan suara.

Di hadapan Kongres AS, Comey mengatakan membuka kembali kasus Clinton sebelum pemungutan suara adalah pilihan yang sangat rumit yang harus diambilnya. Menurutnya, saat itu ia harus memilih apakah keputusannya hanya memberikan dampak yang cukup "buruk" atau justru dampak yang dapat menimbulkan "bencana."

"Saya tetap akan membuat keputusan yang sama," kata Comey, kepada Komite Kehakiman Senat, Rabu (3/5), dikutip New York Times.

Sejumlah senator Partai Demokrat di Kongres meminta Comey menjelaskan mengenai ketidakkonsistenannya dengan kembali mengungkap kasus Clinton, 11 hari menjelang pemilu. Kongres juga mempertanyakan kebisuannya terkait kemungkinan adanya kontak antara tim kampanye Trump dengan Rusia.

Comey, yang mengaku telah banyak menangani kasus jelang pemilu AS, menegaskan FBI selalu bertindak secara konsisten. Ia mengatakan, FBI tidak dapat mempertimbangkan apakah sebuah kasus akan menguntungkan atau merugikan seorang politikus.

"Saya tidak bisa mempertimbangkan apakah masa depan politik seseorang akan terpengaruh dan dengan cara apa. Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, hal apa yang benar untuk dilakukan dan kemudian kita melakukan hal itu," ungkapnya.

Dalam kesaksiannya, Comey juga menjelaskan mengenai keputusan tidak biasa yang dia ambil dalam konferensi pers pada Juli 2016. Saat itu ia mengumumkan keputusan FBI tidak merekomendasikan tuduhan terhadap Clinton.

Namun, pada Oktober 2016, ia mengaku menghadapi masa sulit ketika menemukan bukti baru yang berkaitan dengan skandal surel Clinton. Bukti itu melibatkan suami ajudan Clinton, Huma Abedin dan politikus Partai Republik, Anthony Weiner.

Comey mengakui, tidak lazim membuka kembali kasus itu kepada Kongres, 11 hari sebelum pemungutan suara. Tapi menurutnya, akan menjadi 'bencana' jika harus menyembunyikan penemuan bukti terbarunya itu dari Kongres.

"Menurut pandangan saya, ini akan menjadi bencana besar, tidak hanya untuk FBI, tapi untuk yang lain. Dan sejujurnya, saya berkata kepada tim saya kita harus masuk ke dunia yang benar-benar buruk. Saya harus mengatakan kepada Kongres kita akan membuka kembali kasus ini, tidak dengan cara yang sembrono, tapi dengan cara yang sangat signifikan," ujar Comey.

FBI memperoleh surat perintah untuk menyita laptop Weiner dan menyaring ribuan surel. Setelah itu, ditemukan surel yang berisi informasi rahasia yang telah diteruskan ke laptop oleh Abedin untuk dicetak.

Comey juga mengatakan, ia tidak bermaksud menyakiti tim kampanye Clinton dengan mengumumkan kepada publik bahwa Clinton dan ajudannya telah bertindak sangat ceroboh dalam menangani informasi rahasia. Meski demikian, tidak ada bukti yang mendukung FBI untuk melayangkan tuntutan pidana kepada Clinton.

"Tujuan saya adalah untuk mengatakan apa yang benar. Apa yang kita lakukan, apa yang kita temukan, dan apa yang kita pikirkan. Dan saya berusaha untuk bertindak seadil mungkin," kata dia.

Dia juga membantah telah menangani kasus Clinton dan kasus Trump secara berbeda. Tim kampanye Trump diduga memiliki hubungan potensial dengan Rusia yang membantu Trump memenangkan pemilu.

FBI memulai penyelidikan kontra intelijen pada akhir Juli tahun lalu, namun hasilnya tidak terdengar hingga Trump benar-benar dilantik sebagai presiden. Partai Demokrat menuduh FBI menggunakan standar ganda dalam melakukan penyelidikan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement