REPUBLIKA.CO,ID, JAKARTA --Banyak orang salah kaprah. Puasa menjadi alasan produktivitas menurun. Namun tidak demikian halnya dengan Chief Executive Officer (CEO) PT Zahir Internasional Muhamad Ismail. Baginya, Ramadhan justru bulan peningkatan produktivitas. “Tidak ada alasan Ramadhan produktivitas menurun. Justru sebaliknya, pada bulan Ramadhan produktivitas meningkat,” kata Muhamad Ismail dalam bincang khusus dengan Republika.co.id di Resto Abunawas, Kemang, Jakarta Selatan, Senin (5/6).
Muhamad menambahkan, selama bulan Ramadhan 1438 H ini, jam kerja PT Zahir Internasional ada sedikit perubahan. Jam masuk kerja lebih lambat, sedangkan jam pulang kerja lebih cepat.
Masuk kerja pukul 09.00 pagi, jam pulang kerja pukul 16.00. “Kebijakan itu bertujuan agar karyawan punya kesempatan untuk berbuka puasa bersama keluarganya di rumah,” tutur Muhamad.
Meski jumlah jam kerja dalam sehari lebih pendek, target kerja tidak boleh turun. Bahkan, kalau bisa meningkat. “Pada bulan Ramadhan, kita tidak mengalokasikan waktu untuk makan siang. Tidak juga banyak mengobrol. Kita hanya mengkhususkan waktu untuk shalat Zhuhur dan Ashar. Selain itu, waktu yang ada kita maksimalkan untuk bekerja,” paparnya.
Muhamad mengatakan, pada bulan Ramadan, ia merasakan bekerja itu makin mengasyikkan. Sebab, ia bisa lebih fokus bekerja tanpa harus dipotong waktunya untuk makan siang, misalnya. “Itu yang saya maksudkan, pada bulan Ramadhan justru produktivitas kita sebagai Muslim harus meningkat,” ujarnya.
Peningkatan produktivitas tersebut, kata Muhamad, tidak hanya dalam bidang pekerjaan di kantor, tapi juga terutama dalam hal ibadah kepada Allah. “Selama bulan Ramadhan, kita juga terdorong untuk beribadah lebih banyak kepada Allah, baik pada siang maupun malam hari,” kata ayah dua anak itu.
Muhamad mengungkapkan, pada Ramadhan ini ia menargetkan tadarus Alquran satu kali khatam. Untuk itu, ia menggunakan aplikasi untuk mematok target tersebut sekaligus setiap hari mengingatkan dia (reminder) mengenai target tadarusnya tersebut. “Istri saya dan anak saya punya target tadarus Alquran selama Ramadhan,” ujarnya.
Selain itu, hampir tiap malam Ramadhan, Muhamad mengajak istri dan anak-anaknya shalat Tarawih di masjid yang berbeda-beda. “Hal itu saya maksudkan untuk mendidik anak-anak shalat Tarawih sekaligus menunjukkan kepada mereka betapa semarak Ramadhan itu,” paparnya.
Khusus pada 10 malam terakhir Ramadhan, Muhamad dan keluarganya terbiasa melakukan i’tikaf di Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. Itu dia lakukan sejak beberapa tahun terakhir. “Suasananya sungguh mengharukan dan syahdu. Ratusan bahkan ribuan orang melaksanakan i’tikaf di masjid tersebut. Orang-orang muda, orang tua, suami-istri, remaja, bahkan anak-anak, semua melakukan i’tikaf dengan penuh khusyu,” tutur Muhamad Ismail.