Selasa 06 Jun 2017 23:44 WIB

In Picture: Pesantren Sepuh (Bagian Satu)

.

Rep: Nico Kurnia Jati/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Santriwati sepuh bersiap mengikuti pengajian setelah beristirahat di ruang pemondokan (FOTO : Nico Kurnia Jati)

Seorang santri sepuh putri mempersiapkan diri keluar dari ruang pemondokan untuk mengikuti kegiatan pengajian. (FOTO : Nico Kurnia Jati)

Santri sepuh wanita mendengarkan tausiah di Pesantren Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman, Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (FOTO : Nico Kurnia Jati)

Santri sepuh menunggu kedatangan petugas membagikan teh hangat untuk berbuka puasa. (FOTO : Nico Kurnia Jati)

Santri sepuh mengantre pembagian teh hangat untuk berbuka puasa. (FOTO : Nico Kurnia Jati)

Santri sepuh laki-laki mengisi waktu berpuasa dengan mendaras bacaan Alquran di Pesantren Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman, Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (FOTO : Nico Kurnia Jati)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Kegiatan pesantren selama ramadhan kerapkali diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan. Mulai dari sekolah formal, madrasah, hingga masjid-masjid menggelar pesantren Ramadhan kadang dilabeli dengan kata ‘kilat’ merujuk singkatnya masa pendidikan ini. Mereka memanfaatkan momentum Ramadhan ketika semangat beribadah berada pada titik tertinggi. Namun biasanya peserta pesantren Ramadhan ini ditujukan bagi peserta anak, remaja, paling ‘tua’ adalah peserta di rentang usia mahasiswa.

Lain halnya dengan pesantren di Pondok Sepuh Masjid Agung Payaman, Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pesantren ini dihuni oleh santri-santri sepuh berusia 55-80 tahun. Mereka datang dari berbagai wilayah di Jawa, bahkan beberapa datang dari Kalimantan dan Sumatera. Pada hari biasa santri sepuh yang mondok hanya  berjumlah 50-60 orang.  Pada bulan Ramadhan ini jumlah peserta membludak hingga 300 orang. 

Biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti program santri sepuh ini tergolong sangat murah. Untuk satu bulan penuh selama Ramadhan hanya dikenai  iuran Rp30.000 per orang sebagai pengganti biaya listrik dan air. Untuk keperluan makan, para santri bisa memasak atau membeli makanan sendiri di warga sekitar yang berjualan makanan kecil dan lauk-pauk. 

sumber : Republika Foto
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement