Selasa 25 Jul 2017 18:02 WIB

ICMI: Islam Indonesia Dibawa Pedagang, Bukan Militer

Komaruddin Hidayat.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Komaruddin Hidayat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Prof Komaruddin Hidayat mengatakan, Islam yang datang ke Indonesia bermuatan tasawuf dan dibawa para pedagang bukan militer.

"Ajaran Islam yang dibawa masuk ke Indonesia memiliki ciri inklusif dan bermuatan tasawuf," kata Komaruddin dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (25/7).

Dia mengatakan Islam hadir di Indonesia bukan lewat ekspansi kekuasaan seperti Islam yang disebarkan ke Eropa. Dengan begitu, Islam yang menyebar di Indonesia bersifat inklusif yaitu mencari teman, akomodatif dan toleran.

Menurut Komaruddin, semangat tasawuf, berdagang, dan berdakwah secara damai membuat Islam teramat mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Terutama yang tinggal di daerah pesisir yang juga merupakan pusat perdagangan.

Ia mengatakan, penyebaran Islam khususnya di wilayah pantai juga punya andil membentuk komunikasi dan kohesi sosial Nusantara. Hal ini disebabkan penyebaran Islam menggunakan bahasa Melayu.

Peran para Walisongo, ia melanjutkan, menjadikan simbolisasi ke-Islaman Indonesia yang inklusif, santun dan ramah. "Kemudian Wali Songo menjadi simbol Islam yang akomodatif, santun, menghargai seni dan tidak frontal. Simbolisasi dari ke-Islaman yang inklusif dan ramah," kata Komaruddin.

Dia mengatakan ada perbedaan antara umat Islam di Indonesia dengan Timur Tengah. Perbedaan tersebut tampak dari karakeristik umat Islam di Indonesia yang memperjuangkan demokrasi.

"Umat Islam di Indonesia punya jasa membangun akar-akar demokratisasi. Demokrasi itu cirinya partisipasi masyarakat, kebebasan bergerak, peduli pada politik negara. Ini yang tidak dimiliki di Timur Tengah," kata dia. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement