REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Indonesia perlu terus mengembangkan mobil listrik agar tidak melulu tergantung pada bangsa lain khususnya Jepang dan Amerika Serikat, kata Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan.
"Di negara-negara tersebut mobil listrik juga belum lama dikembangkan. Jadi, jika kita mulai mengembangkan mobil listrik saat ini saya rasa tidak akan ketinggalan," katanya pada talkshow bertajuk Menuju Indonesia Mandiri di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (31/8).
Menurut dia sejak dirinya getol mengusulkan pengembangan mobil listrik banyak pandangan pesimistis, seperti ketersediaan dan kesiapan infrastruktur, suku cadang, bengkel hingga baterai.
"Jika saat ini untuk pembuatan ribuan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) sangat mudah, maka membuat tempat untuk men-'charger' mobil listrik akan lebih memungkinkan. Selain itu dari sisi anggaran dan waktu akan lebih hemat," katanya.
Ia mengatakan membuat SPBU itu membutuhkan waktu dua tahun dengan dana sekitar Rp 10 miliar. Jika membuat lokasi dan colokan untuk men-"charger" baterai mobil listrik paling hanya membutuhkan dana sekitar Rp 15 juta dengan waktu tiga hari.
"Mobil listrik juga tidak banyak memiliki onderdil sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan bengkel. Satu hal yang saat ini masih menjadi kendala adalah baterai yang masih impor," katanya.
Kondisi itu, menurut dia, juga sudah ditangani. Dirinya telah menginstruksikan produsen pembuat baterai terbesar di Indonesia agar segera memproduksi baterai mobil listrik sendiri. "April tahun depan pabrik tersebut akan memproduksi baterai sendiri," kata mantan Direktur Utama (Dirut) PT PLN itu.