REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nissan Timur Tengah mengumumkan konsep baru radikal yang akan merevolusi cara mengevaluasi kinerja kendaraan di padang gurun. Para insinyur Nissan mengembangkan Camel Power, formula yang diyakini dapat mengukur performa kendaraan di padang gurun yang memiliki kondisi off-road yang khas secara lebih akurat.
Nissan menciptakan Camel Power sebagai upaya memberikan solusi atas beragam diskusi mengenai bagaimana cara mengukur kemampuan off-road dari kendaraan SUV di pasar yang spesifik, seperti di kawasan Teluk. Tenaga kuda saja tidak cukup untuk mengartikan sebuah kendaraan bisa tampil mumpuni di kondisi padang gurun yang berpasir.
Seperti halnya tenaga kuda, Camel Power pun dapat diperhitungkan secara ilmiah, sehingga memunculkan harapan akan metode pengukuran yang lebih tepat bagi kendaraan yang berjibaku di padang gurun.
Insinyur dari unit Camel Power, Joseph Rachid El Hachem, mengatakan, selama dua tahun terakhir telah meneliti berbagai unsur yang membuat kendaraan seperti Nissan Patrol cocok untuk dikendarai di padang gurun. Hasulnya, ditemukan bahwa pada dasarnya terjadi kondisi saling memengaruhi antara berat kendaraan, kecepatannya ke arah tertentu, dan lintasan yang dilaluinya saat bergerak.
Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi termasuk manuver, torsi mesin, dan tentu saja keterampilan mengemudi. "Jika kita membakukan kecepatan dan lintasan kendaraan dalam lingkungan tertentu, kita bisa mengukur seberapa cepat kendaraan bergerak pada jarak tertentu dan memasukkan faktor beban kendaraan, dan di situlah kita menemukan Camel Power," kata dia dalam keterangan, Selasa (14/3).
Menurutnya, ini adalah sebuah konsep sederhana yang penerapannya relatif mudah untuk menguji kendaraan dalam kondisi yang biasa ditemukan di jazirah Arab.
Managing Director Nissan Timur Tengah, Samir Cherfan, menambahkan, mungkin agak mengejutkan bahwa formula semacam ini baru dikembangkan sekarang. Mengingat, banyaknya waktu dan energi yang dihabiskan oleh komunitas off-road untuk mengklaim maupun membuat kontra-klaim tentang kendaraan yang ideal untuk kondisi seperti padang gurun.
"Nissan mencoba mengambil inisiatif dan secara konkret mulai mengembangkannya, dengan mengambil fokus awal di pasar kawasan Teluk. Kami optimistis nantinya konsep bisa diterima oleh kalangan luas, baik komunitas pencinta off-road, maupun pelanggan yang memang membutuhkan kendaraan off-road untuk moda transportasi sehari-hari," kata dia.
Tim insinyur Nissan bekerja sama dengan ilmuwan metrologi untuk mendapatkan definisi pengukuran yang sahih dalam mengukur daya, sehingga Camel Power nantinya menjadi satuan yang bisa digeneralisasi. Proses ini membutuhkan waktu, tenaga, inspirasi, dan sumber daya yang tidak sedikit dari kalangan jenius di bidang matematika.
Formula perhitungan Camel Power akhirnya diterjemahkan sebagai berikut:
Camel Power (CP) = velocity (kecepatan benda ke arah tertentu) x weight (berat benda) x sin (trajectory) (lintasan benda yang bergerak dengan tenaga)
Karya ilmiah beserta rumus hasil kolaborasi ini telah disampaikan Nissan Timur Tengah kepada badan pemerintah terkait, yakni ESMA (Emirates Authority for Standardization and Metrology), dan diterima dengan baik sebagai ide satuan pengukuran baru.
ESMA menyetujui dan mendukung proses pengujian lanjutan yang diperlukan untuk membakukan hal ini. Mulai dari tahap regional dan nantinya akan berakhir sebagai pengujian global. Camel Power rencananya akan digunakan di gerai dan material promosi untuk menjelaskan kemampuan berbagai model SUV Nissan di Timur Tengah.