REPUBLIKA.CO.ID, Kepala eksekutif Baidu Robin Li mengatakan bahwa perusahaan raksasa internet Cina tersebut akan memiliki bus swakemudi. Rencananya bus akan mulai dipergunakan untuk publik pada tahun depan.
Dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal di California, Li menjelaskan bahwa Baidu bekerja sama dengan sejumlah perusahaan mobil untuk membuat bus tersebut.
Sebagian besar produsen otomotif dan raksasa teknologi termasuk Google secara intens telah merintis penelitian untuk pengembangan mobil swakemudi dalam beberapa tahun terakhir. Diyakini bahwa mobil swakemudi dapat mengurangi angka kecelakaan secara signifikan.
Selain itu, perusahaan Apple juga sudah memiliki izin uji coba mobil swakemudi di California. Tesla dengan bangga juga memamerkan mobil yang mereka kembangkan sebagai model kendaraan swakemudi yang mutakhir.
Tak mau ketinggalan, pembuat chip asal Amerika Serikat, Intel juga menjalin kerja sama dengan unit kendaraan swakemudi Alphabet Waymo. Intel merencakan untuk membangun armada mobil swakemudi mereka sendiri.
Li mengatakan Baidu memiliki rencana untuk memiliki platform perangkat lunak yang dinamakan Apollo untuk mobil swakemudi. Perangkat tersebut akan dipasang pada mobil swakemudi pada tahun 2021. Dan pada mobil semi swakemudi dua tahun kemudian.
Perangkat lunak Apollo akan memberikan kemampuan bagi mobil dalam bernavigasi. Mobil juga akan dilengkapi dengan berbagai fitur hiburan yang disediakan Baidu kepada penumpang.
"Visi kami adalah begitu seseorang ada di dalam mobil, Anda tidak perlu lagi menyentuh ponsel. Segala sesuatu di dalam mobil adalah pengalaman yang jauh lebih baik," kata Li.
Baidu bulan lalu mengumumkan investasi 1,5 miliar dolar AS dalam proyek mobil swakemudi selama tiga tahun ke depan. Hal tersebut dilakukan dalam upaya diversifikasi produk perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan teknologi lainnya.
Baidu merupakan perusahaan yang awalnya bermula dari pengembang mesin pencari di internet. Di Cina, mesin pencari Baidu lebih popular daripada Google.
Namun belakangan Baidu diterjang kasus iklan palsu pengobatan yang beredar di mesin pencari mereka. Sejak itu, Baidu berusaha mengembangkan usaha pada bidang lain. Sebanyak 15 persen dari penghasilan Baidu diinvestasikan dalam hal riset. Dan sebagian besar riset yang mereka lakukan ialah pengembangan kecerdasan buatan.