REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tidak keberatan dengan rencana pemerintah untuk menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang membuat harga premium menjadi lebih tinggi.
"Langkah pemerintah yang menghapus subsidi BBM untuk menyelamatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sudah bagus. Namun, kebijakan tersebut jangan diterapkan bersama dengan pemberlakuan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL)," kata Ketua III Gaikindo Johnny Darmawan di Jakarta, Rabu.
Kenaikan harga BBM dan TTL, menurut Johnny, membuat biaya produksi pada sektor otomotif semakin besar.
"Imbasnya, konsumen akan terbebani dengan harga jual produk yang lebih tinggi. Kenaikan harga kendaraan dipicu oleh peningkatan biaya produksi yang menekan volume penjualan kendaraan, terutama untuk beberapa jenis mobil dan pada kurun waktu tertentu," paparnya.
Industri otomotif nasional, lanjut Johnny, sudah dibebani oleh kenaikan uang muka pembelian kendaraan bermotor sebesar 30 persen sejak 15 Juni lalu.
"Pelaku usaha dan konsumen sudah merasakan dampak kenaikan BBM pada beberapa tahun lalu. Pada waktu itu, penjualan mobil menurun dan kondisi tersebut tidak berlangsung lama," ujarnya.
Johnny menjelaskan bahwa pelaku usaha di sektor industri otomotif masih menunggu perkembangan dari hasil pembicaraan antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengenai kebijakan pengurangan subsidi harga BBM.
"Kami masih menunggu keputusan dari DPR dan pemerintah serta memikirkan dampaknya terhadap kondisi otomotif nasional," katanya menandaskan.