Jumat 01 Sep 2017 17:04 WIB

Masjid At Tin: Pemberlakuan Kupon Agar Tertib

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Ilham Tirta
Masjid Attin
Foto: www.masjid-photograph.blogspot.com
Masjid Attin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak 2008, Yayasan Masjid At Tin sudah mulai memberlakukan sistem kupon dalam pembagian daging kurban. Berkaca dari pengalaman-pengalaman yang lalu, pihak Masjid At Tin tidak mau mengulangi keributan yang sama setiap tahunnya ketika pembagian hewan kurban.

Kepala Bidang Peribadatan Masjid At Tin, Ustadz Karnali memaparkan alasan mengapa pedagang asongan yang berjualan di area Masjid At Tin ada yang tidak kebagian hewan kurban. "Iya betul mereka memang tidak kebagian, kecuali mereka warga sekitar Masjid At Tin dan mendapat kupon dari RT setempat," kata dia saat ditemui dalam proses pembagian daging kurban, Jumat (1/9), sore.

Sebelum 2008, Yayasan Masjid At Tin selalu membagi-bagikan daging kurban secara terbuka tanpa kupon. Namun beberapa kali dalam setiap tahunnya, selalu saja terjadi keributan dan sulit teratasi, sehingga pemberlakuan kupon harus diterapkan. Akhirnya, para Ketua RT yang berada di sekitar Masjid At Tin, mendatangi masjid untuk membicarakan pembagian daging kurban, sekaligus membagikan kupon untuk diberikan pada warga mereka yang kurang mampu.

Selain itu, Masjid At Tin juga setiap tahunnya selalu menampung puluhan proposal yang masuk ke yayasan, untuk disortir yayasan mana yang sangat membutuhkan daging. Dalam pembagian daging pukul 15.00 WIB, Masjid At Tin sudah memotong seluruh sapi, masing-masing sapi dengan berat antara 35-45 kilogram.

"Kami di sini kan menyembelih, lalu kita potong-potong dan timbang sesuai takaran per pack-nya. Lalu, nanti RT yang mewakili serta yayasan yang sudah kami approve, datang ke At Tin nanti sore," jelas dia.

Kemudian terkait dengan pemasangan seng, Ustadz Karnali juga menjelaskan, sejak pertama Masjid At Tin dibuka untuk umum pada tahun 2.000an, pelaksanakan penyembelihan hewan kurban tidak pernah mengizinkan warga melihatnya. "Wah sudah lama sekali ya kami memang tidak membolehkan warga melihat proses penyembelihan, walaupun kebanyakan di masjid-masjid Indonesia membolehkan," papar Ustadz Karnali.

Lebih lanjut ia mengungkapkan, pernah pada satu waktu Masjid At Tin memperbolehkan warga untuk melihat proses penyembelihan. Namun, anak-anak biasanya yang selalu hiperaktif mendekati hewan kurban dan mengelus-ngelus.

Belum lagi ketika proses pemotongan dimulai, anak-anak berlarian dan mengganggu tim jagal yang bisa membahayakan diri anak-anak itu sendiri. "Kami juga tidak mau tentunya ada kekacauan yang merugikan semua pihak, ini untuk kenyamanan juga," jelas dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement