REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosok mulia itu baru saja dimakamkan. Seorang murid mendadak bertanya pada sahabat. "Mengapa guru kita ini diberi nama Abu Hurairah?"
Seorang sahabat menjawab, "Namanya pada masa jahiliyah adalah 'Abdu Syams. Ketika masuk Islam, Rasulullah SAW mengganti namanya dengan Abdurrahman. Ia adalah seorang yang sangat penyayang binatang.
Ia memiiki seekor kucing betina yang ia beri makan, ia bawa, ia bersihkan, dan ia beri perlindungan. Kucing betina itu pun tidak pernah berpisah dengan Abu Hurairah, laksana bayangannya."
Abu Hurairah, gudang hafalan hadis itu amat mencintai binatang. Rasulullah pernah menasihatinya secara khusus. "Ya Abu Hurairah, sayangilah semua makhluk Allah, maka Allah akan menyayangimu dan menjagamu dari neraka pada hari kiamat."
Abu Hurairah pun bertanya, "Ya Rasulullah, aku pernah menyelamatkan seekor lalat yang jatuh ke air. Jawab Rasulullah, "Allah mencintaimu. Allah mencintaimu. Allah mencintaimu."
Selain menjaga tumbuh-tumbuhan, hewan juga makhluk Allah yang memiliki hak-hak. Dikisahkan dari riwayat Imam Muslim, Abu Hurairah pernah mendengar cerita Nabi SAW, sesungguhnya pernah ada seekor semut menggigit salah seorang nabi.
Nabi tersebut lalu menyuruh untuk mendatangi sarang semut dan dibakarnya. Rupanya, sikap nabi itu tidak sesuai. Allah kemudian menurunkan wahyu kepadanya, "Apakah hanya gara-gara seekor semut menggigitmu lantas kamu akan membinasakan suatu umat yang selalu bertasbih?"
Kisah serupa dituturkan Abdullah Ibnu Mas'ud, ketika para sahabat berjalan bersama Rasulullah. Mereka melewati sebuah sarang semut yang telah dibakar. Rasulullah marah dan bersabda, "Sungguh tidak pantas manusia menyiksa dengan azab Allah SWT." Karena itu, mayoritas ulama mengharamkan membakar binatang yang masih hidup, sekalipun itu serangga.
Dari Abdullah bin Umar, Nabi juga telah mengisahkan, ada seorang perempuan disiksa di neraka karena menawan seekor kucing sampai mati. Perempuan itu tidak memberinya makan dan minum dan tidak pula membiarkannya memakan serangga di muka bumi.
Kisah itu menunjukkan betapa Islam adalah agama kasih sayang bagi semesta alam. Tidak hanya membawa rahmat bagi manusia, tetapi juga binatang, tumbuh-tumbuhan, dan seluruh ciptaan-Nya.
Suatu hari, Rasulullah pernah berkisah di lingkaran para sahabat. Ada seorang laki-laki dari kalangan Bani Israel tengah berjalan menahan rasa haus yang teramat di bawah terik matahari. Ketika melihat sebuah sumur, segeralah ia turun dan mengambil airnya untuk diminum.
Seusai menuntaskan dahaga dan hendak meninggalkan tempat itu, ia melihat seekor anjing yang sedang kehausan. Anjing itu sampai menjilat-jilat pasir karena hausnya. "Anjing ini menderita kehausan, sebagaimana aku," batin lelaki itu.
Ia pun kembali ke sumur dan memenuhi sepatu kulitnya dengan air. Lalu, diberikannya kepada binatang yang malang itu. "Maka Allah memujinya dan mengampuninya," kata Rasulullah.
Imam Nawawi menjelaskan, berbuat baik kepada setiap binatang atau makhluk hidup merupakan sebentuk sedekah. Sama halnya, sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan dari Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi, tiadalah seorang Muslim menanam tanaman atau menabur benih tanaman, kemudian burung atau binatang ternak memakan tanaman, kecuali merupakan sedekah baginya. "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."