Rabu 04 Oct 2017 16:34 WIB

Suhu di Melbourne dan Sydney Bisa Mencapai 50 Derajat

Red:
abc news
abc news

Suhu di kota Melbourne dan Sydney bisa mencapai 50 derajat Celcius di akhir abad ini, bahkan bila target pemanasan global yang dicapai di Paris bisa membatasi kenaikan hanya 2 derajat Celcius.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Australian National University (ANU) yang dipimpin oleh Dr Sophie Lewis memperkirakan bahwa suhu rata-rata per hari di kedua kota ini akan 3,8 derajat Celcius lebih panas, dan akan juga terjadi fenomena suhu ekstrem panas.

"Kita harus mulai berpikir sekarang bagaimana mempersiapkan warga dalam jumlah besar yang melakukan perjalanan ke dan dari tempat kerja dalam cuaca yang begitu panas, bagaimana anak-anak ke sekolah di saat suhu 50 derajat, bagaimana rumah sakit mempersiapkan diri menerima pasien muda dan tua, dan bagaimana infrastruktur kita menghadapi semua ini." kata Dr Lewis.

Penelitian itu mengatakan bahwa kalaupun suhu global tidak naik lebih dari 1,5 derajat - yang merupakan target ambisius dari Perjanjian Paris - yang bisa membatasi kemungkinan cuaca panas, namun Dr Lewis mengatakan suhu anomali yang begitu panas selama musim panas tidak terhindarkan.

"Banyak suhu panas akan terkunci ke dalam sistem cuaca, dan kita harus mempesiapkan diri bagi cuaca ekstrim yang akan lebih buruk dari yang terjadi sekarang." katanya.

"Kita sudah melihat adanya peningkatan kematian karena suhu panas dalam gelombang panas yang terjadi di tahun 2009 dan ini besar kemungkinan akan juga terjadi bila suhu mencapai 50 derajat."

Di beberapa kawasan di Australia, terutama di kota-kota kecil terpencil suhu sudah hampir mencapai 50 derajat di musim panas. Namun menurut Dr Lewis, suhu panas ini akan menciptakan dampak yang berbeda di Sydney atau Melbourne.

"Di kota lebih banyak bangunan beton, dan pergerakan udara lebih terbatas sehingga lebih kecil kemungkinan kita bisa menghindari cuaca panas." katanya.

Penelitian ANU hanya menggunakan data Biro Meteorologi dari Sydney dan Melbourne, namun Dr Lewis mengatakan seluruh Australia diperkirakan juga akan mengalami suhu ekstrim ini di masa depan.

Ini tentu saja bukan berita baik

Dalam tanggapannya terhadap penelitian tersebut, Wakil Walikota Sydney Jess Miller mengatakan prediksi itu bukanlah berita yang menggembirakan. "Tentu saja ini bukan berita yang bagus." kata Miller.

"Kita sudah tahu bahwa banyak warga yang meninggal karena suhu panas dibandingkan kematian karena kebakaran semak setiap tahunnya. Saya kira kita sedang menuju ke resiko kesehatan yang lebih menakutkan."

Miller mengatakan salah satu masalah yang dihadapi oleh Sydney dan Melbourne adalah munculnya 'benua panas' dimana seluruh kawasan menghadapi suhu panas selama berhari-hari tanpa henti.

"Yang kita miliki adalah infrastruktur dimana jalan dan gedung akan menyimpan panas, dan tidak saja suhu di tempat tersebut akan semakin panas, namun juga diperlukan masa dua atau tiga kali lebih lama untuk menurunkan suhu." katanya.

Dan Miller juga mengatakan suhu 50 derajat Celcius juga akan menjadi ancaman bagi transportasi. Banyak warga Sydney sudah bisa merasakan saat ini bagaimana sesak dan panasnya stasiun Central di saat musim panas, namun Miller mengatakan bukan warga saja yang menderita ketika suhu mencapai 50 derajat Celcius.

"Transportasi publik juga akan terganggu di hari yang begitu panasnya." katanya. "Kalau panas berlanjut dari hari ke hari, ini bisa menghentikan seluruh sistem transportasi."

Jess Miller mengatakan para perencana perkoraan harus mulai mendesain kota yang memanfaatkan angin, ruang hijau, dan juga yang lain, namun membangun dengan biaya tidak terlalu mahal.

"Kita harus berpikir bahwa kita adalah bagian dari ekologi, dan kota bukanlah hanya sebuah tempat dengan gedung dan jalan-jalan saja." katanya.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement