REPUBLIKA.CO.ID, OXFORD -- Dewan Kota Oxford mencabut gelar kehormatan 'Freedom of Oxford' milik Aung San Suu Kyi. Pemimpin de facto Myanmar itu dianggap tidak bisa berbuat banyak terkait krisis Rohingya di Rakhine.
Seperti dilansir Independent, Kamis (5/10) dewan kota merasa Suu Kyi sudah tidak pantas menyandang gelar tersebut. Reputasi itu sudah ternoda lantaran Wanita 72 tahun itu dinilai menutup mata terhadap kekerasan yang terjadi terhadap Muslim Rohingya.
"PBB menyebut peristiwa yang terjadi sebagai pembersihan etnis, tapi Aung San Suu Kyi membantah hal itu serta menolak banyaknya klaim kekerasan seksual terhadap wanita Rohingya sebagai 'pemerkosaan palsu'," kata anggota dewan lokal dan anggota Partai Buruh Mary Clarkson.
Pencabutan gelar serupa tampaknya juga akan dilakukan dewan kota Sheffield di Inggris Utara. Hal itu dilakukan setelah masuknya petisi yang meminta hal tersebut dilakukan. Penghargaan itu akan ditinjau oleh dewan kota bulan ini.
Sementara, lebih dari 400 ribu orang mendesak pencopotan hadiah nobel perdamaian yang dimiliki Suu Kyi. Namun, Institut Nobel mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan setelah penghargaan diberikan.
Sebelumnya, Oxford memiliki kedekatan dengan Aung San Suu Kyi yang mengambil jurusan filsafat, politik dan ekonomi di Universitas Oxford pada 1964 hingga 1967.
Suu Kyi mendapat gelar kehormatan pada 1997 karena perjuangan untuk demokrasi. Pekan lalu Universitas Oxford menurunkan fotonya dan menggantinya dengan lukisan Jepang.