Ahad 08 Oct 2017 17:32 WIB

Ini Kata Peraih Emas SEA Games Soal Pembubaran Satlak Prima

Rep: Fitriyanto/ Red: Ratna Puspita
Atlet angkat besi Indonesia Deni bertanding pada kelas 69 kg angkat besi putra SEA Games 2017 Kuala Lumpur di MITEC, Malaysia, Selasa (29/8).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Atlet angkat besi Indonesia Deni bertanding pada kelas 69 kg angkat besi putra SEA Games 2017 Kuala Lumpur di MITEC, Malaysia, Selasa (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Atlet angkat besi, Deni, mengatakan pembubaran Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) harus dengan pertimbangan yang matang. Peraih medali emas SEA Games 2017 itu mengatakan pembubaran tersebut tidak boleh mengganggu persiapan Asian Games 2018. 

"Jika memang wacana pembubaran satlak Prima menjadi kenyataan, mesti dipertimbangkan secara matang. Karena memang persiapan Asian Games 2018 sudah sangat dekat. Jangan sampai pembubaran satlak prima akan mengganggu persiapan Asian Games 2018,” kata dia kepada Republika, Ahad (8/10). 

Kendati demikian, dia sepakat ada pemotongan birokrasi terkait dana untuk atlet. Dia berharap dana dari pemerintah bisa langsung ke induk cabang olahraga. Denin beranggapan ini dapat mengurangi birokrasi yang selama ini berbelit.

"Jiika cabang olahraga langsung yang mengelola dana tersebut jauh lebih bagus. Karen cabor lebih mengerti, mungkin kami akan pelatnas di luar negeri, tidak hanya di dalam negeri,” kata Deni yang diharapkan meraih emas Asian Games 2018 di kelas 69 kg ini. 

Deni mengaku tidak mempermasalahkan kalau pelatnas ditangani Satlak Prima ataupun langsung di bawah pengurus besar cabang olahraga masing-masing. "Bagi atlet yang penting segala kebutuhan kita terpenuhi. Uang bulanan lancar, mau latihan peralatan disediakan, mau ujicoba diberangkatkan. Kita simple saja, siapapun yang mengerjakan asalkan memudahkan kita tidak masalah,” kata dia. 

Deni mengakui persiapan SEA Games 2017 memang mengecewakan. Bahkan, Deni menganggap, pemusatan latihan nasional (pelatnas) untuk SEA Games 2017 yang paling buruk sepanjang keikutsertaannya pada ajang olahraga antarnegara Asia Tenggara itu. 

“Biasanya, keterlambatan gaji maksimal 3 bulan. Tetapi kemarin memang sangat lama sampai 5 bulan kita tidak menerima gaji,” kata dua. 

Deni menuturkan hampir semua atlet menggantungkan hidupnya dari gaji pelatnas. “Karena kami harus fokus latihan dalam melakukan persiapan. Bukannya kami tidak nasionalis tetapi harus realistis juga bahwa kami juga butuh biaya, apalagi bagi atlet yang udah berkeluarga" kata dia. 

Kemenpora mengambil opsi pembubaran Satlak Prima dengan alasan kegagalan SEA Games 2017, di mana Indonesia hanya finis urutan ke-5, serta pemotongan birokrasi dan administratif keuangan peningkatan atlet berprestasi. Dengan demikian, skema anyar persiapan para atlet dan kebutuhannya untuk gelaran Asian Games 2018 akan mengandalkan peran aktif pengurus induk cabang olahraga (cabor) unggulan proyeksi Asian Games. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement