Senin 09 Oct 2017 16:00 WIB

Persahabatan Kekaisaran Jepang dan Ustmaniyah

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedatangan Islam di Jepang cukup baru jika dibandingkan dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Islam masuk ke Jepang menjelang akhir abad ke-19. Padahal, cahaya Islam memendar dari Semenanjung Arab dan menyebar ke arah timur, yakni ke Irak, Iran, Afghanistan, dan sub-Benua India, kemudian ke Malaysia dan mencapai Cina dan Filipina, tapi tak menyentuh Jepang. Ini masih menjadi tanda tanya besar hingga saat ini.

Namun, ungkap Salih Mahdi al-Samarrai dalam tulisannya yang berjudul Islam in Japan History, Spread, and Institutions in the Country, perkembangan Islam di Jepang dimulai pada era sebelum 1900 atau abad ke-19.

Pada era sebelum 1900 atau awal Renaissance Jepang yang juga dikenal sebagai era Meiji, hanya dua negara di Asia yang menikmati kemerdekaan, yaitu Kekaisaran Ottoman dan Jepang. Karena kedua negara berada di bawah tekanan negara-negara Barat, Ottoman dan Jepang memutuskan untuk membangun hubungan persahabatan dan mulai melakukan kunjungan antarnegara.

Dalam kunjungan antarnegara ini, Kekaisaran Ottoman melakukan misi yang dilakukan oleh Abdul Hamid II (memerintah 1876-1909) ke Jepang dengan kapal al-Togrul. Ekspedisi ini membawa lebih dari 600 petugas dan tentara yang dipimpin oleh Laksamana Utsman Pasha pada 1890.

Dalam perjalanan pulang setelah misi berhasil dicapai dan bertemu Kaisar Jepang, kapal pasukan Turki diterpa badai saat masih berada di perairan Jepang. Kecelakaan ini menyebabkan kematian lebih dari 550 orang, termasuk adik Sultan. Akibat kecelakaan ini, didirikanlah sebuah museum peringatan tak jauh dari lokasi kecelakaan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement