Sabtu 14 Oct 2017 10:22 WIB

Halaqah Ulama ASEAN Diharapkan Tangkal Radikalisme

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Kabalitbangdiklat Abdurrahman Masud (kedua dari kiri) saat jumpa pers pelaksanaan Halaqah Ulama ASEAN 2017 di Jakarta.
Foto: dok. kemenag.go.id
Kabalitbangdiklat Abdurrahman Masud (kedua dari kiri) saat jumpa pers pelaksanaan Halaqah Ulama ASEAN 2017 di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama akan kembali menggelar Halaqah (Saraasehan) Ulama ASEAN pada 17-19 Oktober 2017 di Jakarta. Halaqah ulama ini diharapkan dapat menangkal sikap-sikap intoleran dan radikalisme yang saat ini berkembang di masyarakat.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Abdurrahman Masud mengatakan, dalam halaqah tersebut nantinya akan dibahas tentang pengembangan Islam moderat di Indonesia, sehingga bisa mengkonter paham radikalisme di Indonesia.

"Sekaligus ini untuk menangkal dan mengkonter hal-hal yang bersifat intoleran, radikal, apalagi sampai ke terorisme. Ini tetap kita suarakan melalui ulama. Yang selama ini juga telah disuarakan oleh ulama Indonesia," ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (14/10).

(Baca juga: Kemenag Kembali Gelar Halaqah Ulama ASEAN 2017)

Halaqah ini akan diikuti oleh ulama-ulama dari 12 negara, 10 ulama dari negara ASEAN dan dua ulama dari Cina dan Timor Leste. Selain untuk menangkal radikalisme, menurut dia, halaqah ini juga untuk menjadikan Indonesia sebagai role model Islam moderat.

"Ini menjadi penting supaya ini tidak hanya bincang tingkatnasional tapi iInternasioal dan Indonesia bisa menjadi model. Karena itu inimenjadi fokus utama salah satunya Islam moderat ini," ucapnya.

Ia menambahkan, selama ini Islam moderat telah dikembangkan dan dikawal oleh dua Ormas besar di Indonesia, yaitu NU dan Muhamadiyah. Karena itu, menurut dia, Islam mederat ini akan menjadi salah satu fokus utama dalam pembahasan di halaqah.

"Itu fokus kita. Itu menjadi sangat penting yang selama ini dikawaloleh ormas besar NU dan Muhamadiyah. Kalau NU dengan istilah Islam Nusantara, kalau muhamamdiyah dengan istilah Islam berkemajuan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement