REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO --Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menjamin persediaan garam aman di wilayah setempat saat memasuki pancaroba atau peralihan musim kemarau ke hujan. "Saat ini produksi garam belum cukup terdampak secara signifikan pada masa pancaroba karena setiap petak lahan bisa menghasilkan produksi enam hingga delapan ton. Namun hasilnya memang tidak secepat pada puncak musim kemarau lalu," kata Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Wahid Noor Aziz di Probolinggo, Selasa (17/10).
Ia memprediksi musim hujan di Kabupaten Probolinggo akan terjadi pada pertengahan November 2017. Sehingga peralihan musim tidak akan memengaruhi produksi garam secara signifikan. "Garam bisa dipanen antara lima hingga delapam hari pada puncak musim kemarau. Namun kini masa panen membutuhkan waktu tujuh hingga 10 hari dan kondisi itu bisa terbilang masih normal pada masa pancaroba," katanya.
Apabila cuaca ekstrem, dia mengatakan, petani bisa memerlukan waktu yang lebih lama untuk memanen garamnya. bbahkan kadang-kadang membutuhkan waktu selama 15 hari untuk panen garam.
Dia mengatakan stok garam di Kabupaten Probolinggo masih aman. Berdasarkan data jumlah produksi garam mencapai 10.110,85 ton hingga 15 Oktober 2017, sedangkan produksi garam Jawa Timur 546.721,55 ton. "Jumlah produksi di Probolinggo meningkat hampir 3.000 ton dalam kurun sebulan terakhir karena produksi garam per tanggal 15 September 2017 lalu sebanyak 7.323 ton," ujarnya.
Hasil produksi tersebut didapat dari tambak garam seluas 315,3 hektare yang tersebar di 11 desa di empat kecamatan dan lahan tersebut dikelola oleh 485 orang yang tergabung dalam 56 kelompok garam. "Kebutuhan garam konsumsi di Kabupaten Probolinggo sebanyak 3.100 ton, untuk usaha perikanan pengasinan dan lain-lain sebanyak 2.149 ton dan bidang peternakan 600 ton, sehingga total kebutuhan per tahun 5.849 ton," katanya.
Petani garam Probolinggo, Suparyono, mengatakan petani garam bisa memproduksi sekitar 15 ton per petak lahan saat kondisi matahari terik pada musim kemarau. Sedangkan saat ini maksimal hanya bisa memproduksi lima ton saja. "Kondisi itu dialami oleh sebagian besar petani garam, sehingga produksi garam di Probolinggo kemungkinan menurun pada musim hujan, namun di sisi lain harga garam naik," ujarnya.
Harga garam krosok di tingkat petani Kabupaten Probolinggo meningkat secara perlahan-lahan, yakni pada pekan lalu Rp 1.500 per kilogram dan kini naik menjadi Rp 2.000 per kilogram, bahkan kenaikan harga tersebut terjadi secara bertahap.