REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Di era teknologi dan informasi saat ini, terkesan sudah tidak ada sekat bagi masuknya pengarus dari luar. Di mana informasi dari berbagai penjuru dunia dengan begitu mudahnya masuk tanpa adanya filter yang maksimal. Karena itu, peran serta alumni Al Azhar sangat dibutuhkan untuk menahan pengaruh negatif dari informasi luar tersebut.
"Di sini (Al Azhar), agama punya tingkat urgensi dan acuan agar ini bisa tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Saya merasa bersyukur bisa hadir di forum ini, Al azhar memiliki nama yang begitu harum di Indonesia," kata Lukman. Dia menambahkan, Al Azhar juga berperan penting dalam menjaga persatuan antarumat Islam maupun dengan umat nonmuslim.
Lukman juga menyambut positif tiga isu besar yang sangat kontekstual dalam konferensi ini, yakni tentang fenomena pengafiran antarsesama muslim (takfir), fatwa, dan metode dakwah. Menag menilai, isu takfir cukup menarik lantaran menjadi salah satu isu yang cukup marak di antara sesama muslim hanya karena persoalan yang tidak menjadi pokok.
"Malah saling mengkafirkan, maka kita harus kembali memahami konsepsi kufur itu sendiri," kata dia
Isu kedua tentang fatwa juga sangat relevan mengingat pada era teknologi dan informasi sekarang ini yang luar biasa terjadi. Bahkan, lanjut Menag, kerap muncul fatwa-fatwa keagamaan dari pihak-pihak yang tidak diketahui apakah cukup memiliki otoritas dan latar belakang dalam mengeluarkan fatwa.
"Sehingga perlu ada definisi dan konsepsi yang juga yang jelas agar pandangan agama ini perlu disikapi, biar umat tidak mengalami kebingungan," ucap Lukman.
Isu terakhir tentang metode dakwah, kata Lukman, juga sangat penting agar bagaimana metode dakwah yang dilakukan bisa mengayomi, bukan saling menegasikan satu dengan yang lain.
"Pemerintah, umat Islam Indonesia dan umat Islam dunia tentu sangat menunggu tiga isu besar ini dirumuskan. Saya meyakini hasilnya sangat berkontribusi dalam merawat peradaban dunia di masa mendatang," kata Menag.