REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kiprah santri dan ulama, tidak bisa dilepaskan perannya dalam memerdekakan bangsa ini. Ini terbukti dengan penghargaan pemerintah pada peringatan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober setiap tahunnya.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) saat pidato sekaligus membuka acara silaturahmi kebangsaan dan sosialisasi empat pilar MPR RI, memperingati Hari Santri Nasional 2017 di Nusantara V komplek parlemen Senayan, Senin (23/10). Kegiatan ini dihadiri ratusan santri dari berbagai pondok pesantren.
Tema yang diangkat kali ini adalah Peran Strategis Santri Dalam Membangun Rumah Kebangsaan. Selain santri, beberapa pembicara dihadirkan seperti Ketua Forum Ulama dan Habaib (FUHAB) DKI Jakarta KH Syukron Makmun, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kaprodi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia Yon Mahmudi.
Kepada para peserta santri, HNW menjelaskan, kebangkitan pergerakan perjuangan Indonesia sampai dengan mencapai kemerdekaannya, tak lepas dari peran ulama dan santri serta umat Islam Indonesia. Beberapa tokoh pejuang Indonesia yang juga ulama antara lain Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol. Mereka adalah sosok pejuang Islam dengan ciri ke Islamannya yang sangat khas, dan diakui oleh sejarah Indonesia sebagai pahlawan nasional.
"Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia yang dilakukan para ulama dan dunia santri, tidak hanya dalam bentuk perjuangan fisik semata Tapi juga perjuangan pemikiran dan intelektual," ujar HNW.
Salah satunya perkumpulan organisasi Jamiat Kheir yang didirkan 1901. Organisasi tersebut adalah kumpulan para ulama yang dibentuk lebih bersifat organisasi sosial kemasyarakatan, membantu fakir miskin. Selain itu, mendidik dan mempersiapkan generasi muda Islam serta berperan menolong umat yang lemah dalam sektor ekonomi.
Saat ini, pesantren sangat berkembang pesat di seluruh wilayah Indonesia. Hampir setiap organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis dan lainnya memiliki banyak pesantren. "Kiprah dan peran dunia santri untuk Indonesia juga masih terjaga hingga kini di antaranya ada yang namanya santri bela negara," ujarnya.
Karena itu, bila bicara tentang bangsa negara dan peran dunia santri sungguh sangat 'nyambung'. Sebab, yang ada dalam Pancasila sebagai dasar negara Indonesia itu, sangat kompatibel dengan dunia pesantren. Sehingga, dia menegaskan, tidak benar atau ngawur pihak yang melabeli Islam dengan berbagai macam label negatif. Seperti radikal, teroris atau tidak Pancasilais.
Dunia santri dan rakyat Indonesia mesti waspada jangan sampai diadu domba antara ulama dan santri kita dengan pemerintah, TNI dan Polri. "Jika ada, itu dapat dipastikan kerjaan pihak-pihak yang tidak suka kepada Islam dan negara," imbuhnya.