Senin 30 Oct 2017 17:15 WIB

Tantangan Umat Islam di Kuba

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
  Muslim Kuba shalat Maghrib berjamaah usai makan Iftar atau buka puasa bersama di Havana, Cuba, Jumat (3/8).   (Desmond Boylan/Reuters)
Muslim Kuba shalat Maghrib berjamaah usai makan Iftar atau buka puasa bersama di Havana, Cuba, Jumat (3/8). (Desmond Boylan/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID,

Hajji Isa sebelumnya dikenal sebagai Jorge Elias Gil Viant, seorang Muslim dan seniman Kuba. Dia adalah mantan pustakawan Uni Arab-Kuba, sebuah organisasi budaya yang berbasis di Havana. Dia memperkirakan, ada sekitar 1.000 Muslim Kuba. Kebanyakan dari mereka adalah keturunan imigran Muslim.

"Ini komunitas muda. Muslim dari luar negeri telah dan masih merupakan faktor penentu dalam perkembangan masyarakat Kuba. Siswa Muslim dari Afrika, Sahara Barat, Yaman, Palestina dan negara-negara Arab lainnya, memiliki pengaruh besar pada 1990- an. Banyak dari mereka berasal dari Pakistan," kata Isa dilansir dari Aljazirah.

Ini menurut Isa adalah komunitas muslim kecil. Mereka memiliki karakteristik yang ber beda. Karena jumlah muslim mulai tumbuh, bagaimanapun, orang menjadi lebih sadar akan Islam sebagai agama yang juga dipraktikkan oleh orang Kuba. Islam menjadi keyakinan yang turut mendukung pembangunan Kuba.

Orang-orang Moor dari Andalusia dibawa sebagai budak para penakluk Spanyol sejak tahun 1593. Selama berabad-abad berikutnya, baik pedagang Muslim maupun Kristen dari Timur Tengah tertarik ke Kuba dengan kekayaan alamnya. Negeri itu masyhur karena tanahnya yang subur. Hasil pertaniannya adalah gula yang banyak didagangkan.

Kebanyakan masyarakat di sana menetap di Havana atau sekitar Santiago de Cuba, kota terbesar kedua di ujung timur. Sebagian besar imigran Arab, baik Muslim maupun Kristen, meninggalkan agama mereka di Kuba.

Banyak saudara dari negara lain yang mengatakan Muslim Kuba adalah yang sejati, karena jauh lebih sulit untuk diamati. Budaya Kuba saat ini selalu menimbulkan tantangan bagi umat Islam. Rum adalah salah satu barang utama yang dijual di kafe. Ini adalah minuman yang populer. Paling tidak karena harganya jauh lebih murah dari pada minuman ringan. Daging yang tidak halal juga banyak didagangkan di sana.

Saat ini super market baru saja mulai mengimpor ayam halal dari Brasil, tetapi tidak terjangkau bagi kebanyakan orang Kuba. Pakaian, seperti dishdasha atau pe nutup kepala, harus diimpor atau sebagai hadiah dari umat Islam negara lain.

"Banyak saudara dari negara lain telah mengatakan kepada saya bahwa kita Muslim Kuba adalah yang sejati, karena jauh lebih sulit untuk diamati di sini daripada di negara di mana banyak orang memiliki kepercayaan dan praktik yang sama," kata Isa.

Orang-orang Kuba juga menghadapi tantangan dari kurangnya pemahaman mengenai Islam. Laporan media tentang serangan teroris dan konflik di Timur Tengah telah membentuk banyak persepsi orang Kuba terhadap agama tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement