Sabtu 25 Nov 2017 18:16 WIB

MUI: Kenapa Bumi Bulat Harus Dipersoalkan Lagi?

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
Sekertaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas
Foto: ROL/Abdul Kodir
Sekertaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini, ponferensi tahunan para penganut teori bumi datar digelar untuk pertama kalinya. Acara Flat Earth International Conference (FEIC) tersebut dihelat di Raleigh, Carolina Utara, Amerika Serikat pada 9-10 November lalu. Konferensi itu mengklaim bahwa bentuk bumi adalah datar atau seperti bentuk cakram (piringan) dan bukanlah bulat seperti yang telah diakui para ilmuwan dunia. Salah satu dalil yang mereka kutip adalah bersumber dari Aquran, yang menyebutkan bahwa bumi adalah bentuk 'hamparan'.

Menanggapi itu, Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengatakan, para penganut teori bumi berbentuk datar memakai dalil dari ayat Alquran, yang menyebutkan bahwa bumi adalah hamparan. Beberapa ayat, termasuk dalam Surat Al-Ghaasiyah dan Asy-Syams, menyebutkan, bumi sebagai 'mihada' dan 'thahaha' yang bermakna 'hamparan' atau 'dihamparkan'. Namun, menurutnya, makna hamparan itu bukan berarti menunjukkan bahwa bumi tidak berbentuk bulat.

Namun, karena dengan luasnya bumi, sehingga manusia hanya merasakan hamparan saja dalam pandangan mata. Padahal,  dengan kekuasaan Allah, bumi memiliki gravitasi yang membuat permukaan bumi termasuk air di lautan tidak tumpah dan tetap di permukaan bumi.

"Bumi ya berbentuk bulat. Bumi ini memang terhampar, tapi hamparannya melengkung. Untuk apa kita persoalkan lagi. Karena bukti secara empirik, misalnya, jika kita terus berjalan ke barat, kita akan sampai di tempat semula," kata Anwar, saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (25/11).

Anwar mengatakan, salah satu ayat yang menunjukkan bahwa bumi berbentuk bulan terdapat dalam surat Asy-Syams ayat 1-2. "Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya."

Di katakannya, kata 'talaha' dalam ayat itu berarti 'mengiringi' atau 'mengikuti'. Karena matahari berputar, berarti 'qamar' itu berputar mengelilingi matahari.

Menurutnya, kata 'Qamar' di sini bisa berarti 'bulan' dan juga 'bumi'. Karenanya, keduanya berputar mengelilingi matahari. Selain bulan berputar pada porosnya, bulan juga mengitari bumi dan sekaligus mengitari matahari. "Kalau dia tidak bulat, bagaimana dia berputar," lanjutnya.

Salah satu ayat yang menunjukkan bahwa matahari dan bulan berjalan di tempat peredarannya terkandung dalam surat Yasin ayat 38-40. "Dan matahari berjalan ditempat peredarannya demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya".

Selain itu, adanya pergantian malam dan siang juga menunjukkan bahwa bumi berputar dan berbentuk bulat. Beberapa ayat yang mendukung adanya pergantian malam dan siang ini di antaranya terdapat pada Surat Luqman ayat 29, Al-Hajj ayat 61, Fathir ayat 13-14, Al-dan Hadid ayat 6.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement