Selasa 28 Nov 2017 16:35 WIB

PJB Gandeng Investor UEA Bangun Pembangkit Surya Terapung

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
pembangkit tenaga surya terapung. ilustrasi
Foto: Kyocera/Sciencealert
pembangkit tenaga surya terapung. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) bekerja sama dengan perusahaan asal Uni Emirates Arab (UEA), Masdar untuk membuat pembangkit listrik tenaga surya terapung. Pembangkit terapung pertama di Indonesia ini nantinya akan berada di Cirata dan berkapasitas 200 MW.

Saat ini kedua belah pihak sudah melakukan Feasibility dan Grid interkoneksi study pada September lalu. Rencananya, penandatanganan kesepakatan jual beli tenaga listrik atau power purchase agreement (PPA) dari pembangkit listrik tenaga surya terapung ini akan dilakukan pada akhir tahun ini.

Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan pada sambutannya, bahwa proyek ini harus efisien. Ia mengatakan, meski mengusung energi terbarukan, Arcandra meminta agar harga jual dari pembangkit ini tidak terlalu mahal.

Hal ini selain untuk menjaga efisiensi dan persaingan bisnis, juga untuk memproduksi listrik yang murah bagi masyarakat. "Saya imbau agar negoisasi harga bisa berjalan baik dan komperhensif. Tapi, untuk harga kita ada acuannya, yaitu PP Nomer 50 Tahun 2017. Harga tidak lebih dari 85 persen BPP wilayah tersebut," ujar Arcandra di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (28/11).

Arcandra menjelaskan jika mengacu pada BPP Jawa Barat maka listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini tak lebih dari 6,5 cent per kwh. Arcandra juga mengatakan selain harga listrik yang nantinya murah, ia juga meminta agar dalam konstruksi pembangkit ini muatan komponen lokal harus ditingkatkan.

Arcandra menilai, di dalam negeri komponen pendukung pembuatan pembangkit ini sudah tersedia. "Kalau bisa komponen floatingnya dalam negeri semua. harus bikin lokal, akan lebih menarik, ya, kalau ada masih impor impor dikit ya komponen pendukung gapapa," ujarnya.

Disatu sisi, Direktur PJB, Iwan Agung Fristantara menjelaskan bahwa nantinya pembangkit ini setidaknya bisa mengaliri listrik setidaknya 150 ribu VA yang menjadi kebutuhan listrik jawa barat. Iwan menjelaskan, pihaknya akan menegosiasikan persoalan harga dengan pihak Masdar sehingga bisa mendapatkan akses listrik yang murah.

"Ini nanti dia juga bisa switch pada siang hari kebutuhan listrik masyarakat kita pasok dari PLTS, kemudian untuk malam hari melalui PLTMH waduk Cirata," ujar Iwan di Kementerian ESDM, Selasa (28/11).

Iwan juga menjelaskan setidaknya proyek ini menyerap investasi sebesar 180 juta dolar AS dengan perhitungan pendapatan per tahun sebesar 23 juta dolar AS.

Iwan mengatakan untuk tahap I sebesar 50 MW, direncanakan akan beroperasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada kuartal kedua tahun 2019. Sementara untuk tahap 2 hingga 4 sebesar 150 MW direncanakan COD pada kuratal pertama tahun 2020.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement