REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi E-commerce Indonesia atau Indonesian E-commerce Association (idEA) mengaku tidak memiliki data pasti mengenai komposisi produk lokal dan produk impor yang dijual di niaga online. Namun begitu, Humas idEA Rieka Handayani mengatakan, perusahaan e-commerce memiliki sejumlah program yang memprioritaskan produk lokal.
"Masing-masing mempunyai program, baik yang langsung atau tidak langsung. Misalnya pelatihan UKM dan memarketingkan produk dalam negeri," kata dia, saat dihubungi Republika, Rabu (29/11).
Di IdEA sendiri, menurut Rieka, ada program yang disebut E-UKM dan Kenduri UKM. Keduanya sama-sama bertujuan untuk mengangkat potensi produk lokal.
Tak hanya itu, sambung dia, idEA juga bersinergi dengan pemerintah untuk memajukan UMKM lewat e-commerce. Salah satu contohnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki program 8 juta UMKM masuk ke platform niaga digital pada 2020.
Untuk mewujudukan target itu, Kominfo bekerja sama dengan sejumlah perusahaan e-commerce seperti Belanja.com dan BliBli. Mereka bertugas membantu pelaku UMKM masuk ke pasar digital dengan memberikan sejumlah pelatihan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menyebut produk yang dijual oleh pelaku bisnis online di Indonesia masih didominasi oleh produk asing. Menurutnya, sekitar 95 persen porsi barang yang dijual adalah barang impor, terutama dari Cina.