Rabu 06 Dec 2017 16:15 WIB

Keistimewaan Amal Saleh

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Ibadah/ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ibadah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keistimewaan amal saleh akan menjadikan manusia mulia di sisi Allah dan makhluknya. Jika dia telah wafat, beberapa amal saleh yang sudah dikerjakan semasa hidup tetap akan dihitung sebagai pahala. "Jika seseorang meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh" (HR Muslim no 1631).

Di dalam riwayat lain,  Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya di antara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebar¬luaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. Sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya." (HR Ibnu Majah).

Amat banyak contoh diwariskan  para pendahulu kaum Muslimin yang berstatus amalan tak terputus. Hotel Utsman bin Affan di Madinah, misalnya. Hotel dengan 15 lantai ini merupakan hasil pengembangan wakaf Sayyidina Utsman terhadap kebun kurma yang berawal dari wakaf terhadap sebuah sumur milik orang Yahudi. Pada zaman Turki Utsmani, kebun kurma itu berhasil dikelola dengan baik. Hasilnya pun dibagi menjadi dua. Setengah untuk kemaslahatan umat, setengah lagi disimpan sebagai tabungan.

Kini, tabungan yang sudah berusia lebih dari seribu tahun ini dikelola Kementerian Wakaf Arab Saudi. Dengan dana wakaf dari tabungan itu, pemerintah membeli lahan di daerah markaziah, kawasan di sekitar Madinah. Daerah ini yang sekarang dijadikan tempat pembangunan Hotel Utsman bin Affan.

Ilmuwan-ilmuwan jenius Muslim abad pertengahan merupakan contoh lain. Mereka menemukan begitu banyak teori yang sampai kini  masih dipakai manusia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement