REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Delegasi Palestina di Washington membatalkan acara Natal yang rencananya digelar Rabu (7/12) malam. Keputusan dadakan ini setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Seperti dilansir Haaretz, Acara "A Bethlehem Christmas on the Hill" seharusnya digelar di Capitol Hill dan mengundang sejumlah pejabat penting. Termasuk di antaranya legislator AS, diplomat asing dan pejabat-pejabat pemerintahan Trump.
Perwakilan khusus pemerintahan Trump di Timur Tengah, Jason Greenblatt menjadi salah satu tamu spesial. Pada Rabu, delegasi menyampaikan keputusan Trump telah merusak pesan perdamaian.
Dalam surat elektroniknya, delegasi Palestina menjelaskan acara Natal pada Rabu seharusnya menjadi salah satu momen untuk kembali menyerukan solusi dua negara. Rencananya, acara Natal akan menayangkan video pesan damai Natal dari pemimpin Kristiani dan anak-anak Bethlehem.
Palestina tidak hanya dihuni oleh warga Muslim melainkan juga umat Kristiani. Sama seperti warga Muslim Palestina, umat Kristen Palestina pun menjadi 'warga kelas dua' di wilayah okupasi Israel.
Yerusalem adalah situs suci untuk Yahudi, Muslim dan Kristen. Sehingga statusnya harus ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak terkait.
Israel merebut Yerusalem timur dalam perang enam hari tahun 1967 dan kemudian menganeksasinya. Israel mengklaim seluruh Yerusalem adalah miliknya. Langkah ini tidak diakui secara internasional.
Baca juga, Palestina Ingatkan AS Agar tak Pindahkan Kedubes ke Yerusalem.