REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG — Pemain anyar Sriwijaya FC asal Tajikistan, Manuchehr Jalilov (27 tahun), masih membutuhkan adaptasi dengan cuaca dan makanan untuk mencapai performa terbaik merumput di Indonesia.
Ketua Tim Dokter Sriwijaya FC El Amin di Palembang, Selasa (12/12), seusai mendampingi Jalilov menjalani tes kesehatan di RS Siloam mengatakan, proses adaptasi ini diupayakan secepat mungkin agar Jalilov lebih cepat prima dalam sesi latihan.
"Target saya ya bagaimana caranya agar Jalilov bisa diberikan latihan secepatnya. Mungkin untuk tahap awal recovery dulu, karena dia capek sekali mengingat ada perbedaan waktu antara Tajikistan dan Indonesia sekitar lima jam. Tapi beberapa pekan ke depan harus sudah siap," kata dia.
Salah satu yang menjadi fokus perhatian ofisial tim yakni menu makanan yang cocok di lidah pemain terbaik AFC 2017 ini. Hal ini mengingat Jalilov tidak terbiasa dengan makanan pedas. "Ini juga jadi masalah, artinya Jalilov perlu menu khusus. Ini yang sedang dicarikan yang pas," ujar Amin.
Manuchehr Jalilov tiba di Palembang, Senin (11/12), bersama istrinya Mahabbat Gulova dengan didampingi agennya Dr Ratna Mustika. Pada hari ini, pemain yang tercatat sebagai top skor Liga Tajikistan tiga musim berturut-turut ini, menjalani tes kesehatan.
Tes kesehatan itu meliputi tes darah, orthopedi, jantung, dan rontgen untuk memastikan kesiapan fisiknya mengarungi kompetisi satu musim penuh sekitar 10 bulan. Hal serupa juga diterapkan ke "duo Mali" yakni Makan Konate dan Mohammadou Ndiaye.
Menurut Amin, kondisi fisik Jalilov secara kasat mata sangat prima. Bahkan dokter ahli Dr Sugiarto mengatakan kondisi tulang pemain ini menjadi yang terbaik dibandingkan pemain SFC lainnya. "Ini sangat mungkin sekali, karena Jalilov tinggal di Asia tapi liganya sudah setara Eropa, jadi lapangannya sudah bagus," kata dia.
Terkait menu makanan, Jalilov tidak membantah bahwa dia kurang menyukai makanan pedas. Tapi, terkait persoalan ini, menurut agennya Dr Ratna Mustika, istri Jalilov akan memasak makanan sendiri.
"Istrinya bisa masak, jadi tidak masalah. Tinggal isi saja bahan makanan di lemari pendinginnya," ujar dia.
Untuk cuaca, menurut agennya, Jalilov masih menyesuaikan karena di Tajikistan bersuhu 6-7 derajat celcius, sementara di Indonesia berkisara 27-33 derajat celcius.