REPUBLIKA.CO.ID, NABIRE -- Kementerian Perhubungan (Kemehub) menganggarkan Rp 20,6 miliar pada Tahun Anggaran 2018 untuk subsidi maskapai penerbangan angkutan perintis dari Bandara Douw Aturure Nabire menuju 10 rute di Provinsi Papua.
Dalam kunjungan kerjanya di Bandara Nabire, Papua, Rabu (20/12), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan alokasi anggaran untuk subsidi kapal perintis menjadi penting karena sejumlah kota dan kabupaten di Papua hanya bisa ditempuh lewat transportasi udara.
"Anggaran untuk subsidi di sini saja kira-kira Rp 17 miliar dan di tahun 2017 lebih kurang Rp 20 miliar subsidi melalui KM Papua," kata Menhub Budi Karya.
Ia menjelaskan Kabupaten Nabire merupakan lokasi strategis sebagai subhub dari sejumlah bandara sebagai lalu lintas distribusi barang dan penumpang dari Papua dan luar Papua.
Sebelum diberlakukan subsidi dari pemerintah, penumpang harus membayar tiket sebesar Rp 3,5 juta per orang, contohnya dari Bandara Nabire ke Bandara Mulya, sedangkan setelah diberikan subsidi, kini hanya perlu membayar Rp 300 ribu sampai Rp 350 ribu per orang dengan keterisian penumpang maksimal 15 orang dalam pesawat.
Bandara Nabire pada 2018 melayani 10 rute perintis meliputi Moanami, Wagete, Bilorai, Illu, Ilaga, Sinak, Botawa, Mulia, Wasior dan Fawi.
Dalam kesempatan yang sama, Pejabat Pembuat Komitmen Subsidi Angkutan Perintis Nabire, Eka Prama, mengatakan angkutan perintis hanya melayani satu rute untuk sekali penerbangan dalam seminggu sehingga seringkali permintaan penumpang melebihi kapasitas yang ada. "Contohnya Nabire-Sinak sekali seminggu, satu pesawat Twin Otter jatahnya cuma 15 passenger. Jadi hari ini daftar belum tentu minggu depan bisa terbang karena 'full kuota', harus antre," kata Eka.
Senada dengan itu, Kepala Bandara Douw Aturure Nabire, Thomas A. Edison, mengatakan pesawat udara merupakan transportasi satu-satunya untuk lalu lintas orang. Jika harus ke luar kabupaten, warga terpaksa berjalan kaki dengan jarak tempuh berhari-hari.
"Daerah pedalaman sangat bergantung terhadap penerbangan perintis, sangat terbantu dengan subsidi langsung ke masyarakat. Selain pesawat, harus jalan kaki selama lima hari dari Fawi ke Nabire, jaraknya 170 kilometer," ungkap Thomas.
Pada tahun 2017, angkutan penerbangan perintis dilayani oleh maskapai Dimonim Air, sedangkan untuk 2018 harus menunggu proses lelang maskapai. Selain Provinsi Papua, anggaran subsidi angkutan perintis juga diberikan pada Provinsi Kalimantan Utara dan sebagain wilayah Sulawesi.