Sabtu 30 Dec 2017 12:52 WIB

Pakistan Peringatkan AS Soal Aksi Militer

Rep: Marniati/ Red: Gita Amanda
Tentara Pakistan berjaga di Waziristan Utara yang berbatasan dengan Afghanistan
Foto: Reuters
Tentara Pakistan berjaga di Waziristan Utara yang berbatasan dengan Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Militer Pakistan telah memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak mengambil tindakan sepihak terhadap kelompok bersenjata di wilayahnya. Ini merupakan tanggapan paling kuat atas ketegangan antara kedua sekutu tersebut.

Berbicara kepada wartawan di kota garnisun Rawalpindi pada Kamis (28/12) lalu, juru bicara militer Pakistan Mayjen Asif Ghafoor menolak anggapan bahwa Pakistan tidak berbuat apapun untuk melawan kelompok-kelompok bersenjata. "Kami telah banyak berkorban, kami telah membayar mahal dengan harga dan darah. Kami telah melakukan cukup banyak dan kami tidak dapat melakukan apapun untuk siapapun,"kata Ghafoor seperti dilansir Aljazirah, Jumat (29/12).

 

Dia mengatakan Pakistan akan terus memerangi kelompok bersenjata di wilayah tersebut atas kepentingan Pakistan, dan bukan atas perintah negara lain. "Seandainya kita tidak mendukung AS, Alqaidah tidak akan kalah," katanya.

 

Sejak 2007, Pakistan telah memerangi kelompok bersenjata, termasuk Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), Alqaidah dan sekutu mereka, yang telah berusaha menerapkan syariah Islam di negara tersebut. Militer telah meluncurkan beberapa operasi militer untuk mendapatkan kembali wilayah yang dikuasai kelompok bersenjata.

 

Kekerasan telah terjadi sejak peluncuran operasi terbaru pada 2014, namun serangan sporadis dan korban terus meningkat. Awal bulan ini, setidaknya sembilan orang tewas dalam sebuah pemboman bunuh diri di sebuah gereja di kota Quetta di barat daya.

 

AS sering meminta Pakistan untuk berbuat lebih banyak dalam perjuangannya melawan kelompok-kelompok bersenjata. AS menuduh Pakistan secara selektif menargetkan kelompok-kelompok bersenjata dan tidak mengambil tindakan melawan Taliban Afghanistan dan Jaringan Haqqani, yang keduanya menargetkan pasukan AS dan Afghanistan di negara tetangga Afghanistan .

 

Pada Rabu (27/12), Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson mengulangi seruan agar Pakistan melawan kelompok tersebut. AS menduga Pakistan menawarkan tempat berlindung yang aman di tanahnya.

 

"Kami siap untuk bermitra dengan Pakistan untuk mengalahkan organisasi teroris yang mencari tempat berlindung yang aman, namun Pakistan harus menunjukkan keinginannya untuk bermitra dengan kami," ujarnya kepada New York Times.

 

Pesan Tillerson menggemakan kata-kata Presiden AS Donald Trump saat dia mengumumkan strategi baru Asia Selatan pada Agustus lalu, di mana ia mengkritik Pakistan. Sejak saat itu, serangkaian kontak tingkat tinggi antara kedua pemerintah telah dilakukan, walaupun tidak ada pencapaian yang diumumkan.

 

Selama konferensi persnya pada Kamis, Ghafoor menghubungkan kesulitan untuk bertindak melawan kelompok-kelompok bersenjata seperti Jaringan Haqqani dengan jumlah pengungsi Afghanistan yang tinggal di Pakistan.

 

Negara ini merupakan rumah bagi lebih dari 2,7 juta pengungsi Afghanistan. Banyak di antaranya telah tinggal di Pakistan selama lebih dari tiga dekade.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement