Selasa 02 Jan 2018 16:24 WIB

Kinerja BCA Syariah Tumbuh di Atas 21 Persen

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas melayani kartu BCA Syariah di kantor cabang, Jakarta, Selasa (14/11).
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Petugas melayani kartu BCA Syariah di kantor cabang, Jakarta, Selasa (14/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kinerja BCA Syariah sampai akhir Desember 2017 (belum diaudit) menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan aset, pembiyaan dan dana pihak ketiga (DPK) tercatat di atas 20 persen.

Presiden Direktur BCA Syariah, John Kosasih, mengatakan pembiayaan tumbuh 21 persen menjadi Rp 4,2 triliun. DPK naik 23 persen menjadi Rp 4,8 triliun sampai Rp 4,9 triliun. Total aset tumbuh 20 persen menjadi Rp 5,97 triliun sampai Rp 6 triliun. Sedangkan laba juga tumbuh 26 persen menjadi Rp 62 miliar sampai Rp 63 miliar.

"Semuanya tumbuh 20 persen. Jadi kinerja kami di atas rata-rata," kata John Kosasih kepada wartawan di acara Ramah Tamah OJK di kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1).

Menurutnya, pendorong kinerja BCA Syariah pada 2017 terutama pembiayaan produktif di segmen mikro, kecil, menengah dan sosial. Sektor-sektornya terutama perdagangan dan manufaktur, serta sebagian sektor perkebunan dan sektor pendukung perdagangan. BCA Syariah tidak menyalurkan pembiayaan ke segmen korporasi dan hanya sedikit menyalurkan ke segmen konsumer.

"Paling banyak di perdagangan, manufaktur, perkebunan, dan pertambangan, sektor pedukung pertambangan. Yang paling tinggi tumbuhnya di sektor kecil, menengah, dan komersial," kata dia.

John Kosasih menambahkan, BCA Syariah menargetkan kinerja tahun 2018 di semua lini bisa tumbuh di kisaran 15-20 persen. Aset ditargetkan tumbuh 15-20 persen menjadi sekitar Rp 7,2 triliun.

Sektor yang menjadi andalan hampir sama yakni pembiayaan produktif di segmen mikro, kecil, dan menengah. Pembiayaan diarahkan ke pembiayaan modal kerja maupun investasi.

"Dua-duanya akan dinaikkan. Untuk segmen konsumer kami tidak menyalurkan. Tapi kalau nasabah ada yang butuh, kita akan berikanlah. Yang didorong adalah forward dan backwad," kata dia.

Sementara itu, John tetap memperkirakan adanya risiko pembiayaan, baik dalam kondisi ekonomi bagus atau kurang bagus. Karenanya, perbankan syariah harus didorong dari sisi kualitas baru didorong kuantitas. Langkah itu menjadikan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) BCA Syariah bisa dijaga di level 0,3 persen untuk Gross dan NPF Net sebesar 0,02 persen.

Rasio NPF dijaga dengan cara menekankan inisiasi nasabah yang berkualitas, baru kemudian diberikan pembiayaan. Dalam kondisi ekonomi apapun, lanjutnya, BCA Syariah tetap mengutamakan kualitas.

"Tahun 2018 kita harus tumbuh. Makanya kualitas tetap dijaga. Kami juga ekspansi, baik jaringan kemudian infrastruktur di bidang teknologi kita akan fokus di sini, serta akan melakukan aliansi strategi," kata John.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement