Ahad 14 Jan 2018 20:35 WIB

Ini yang Dilakukan TGB Usai Shalat Shubuh Berjamaah di Garut

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Gubernur NTB TGH Muhammad  Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) memberikan tausyiah usai sholat shubuh di Masjid Agung Garut, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Ahad (14/1).
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) memberikan tausyiah usai sholat shubuh di Masjid Agung Garut, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Ahad (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID,  GARUT -- Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi memberikan tausyiah usai shalat Shubuh di Masjid Agung Garut, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, pada Ahad (14/1). Dalam tausyiahnya, gubernur yang dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB) mengajak umat Islam terus memperkaya diri dengan mempelajari dan mendalami Alquran.

Dalam Alquran, kata TGB, sudah terangkum semua aspek kehidupan manusia, mulai dari saat manusia diciptakan hingga manusia itu bertemu dengan Allah SWT. "Apalagi hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, seperti hukum-hukum yang mengajarkan manusia untuk meraih kesuksesan," ujar TGB.

Di hadapan Bupati Garut Rudi Gunawandan dan ratusan jamaah shalat Shubuh yang hadir, TGB menguraikan, di dalam Alquran, Allah SWT memerintahkan manusia membangun mental yang kuat. Yakni bersikap untuk saling membangun dan menumbuhkan, bukan saling membantah, mencela, dan menghancurkan.

"Termasuk tidak menumbuhkan benih-benih kesombongan dalam diri manusia. Allah SWT tidak pernah melarang sesuatu tanpa alasan yang jelas," ucap TGB.

TGB mengatakan, Allah memerintahkan manusia senantiasa menumbuhkan semangat meningkatkan kapasitas intelektual dan khasanah keilmuan dengan terus belajar. "Ayat-ayat yang berbicara tentang mencari ilmu, empat kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum," tutur dia.

TGB juga sempat menguraikan Surat Al Anfaal yang membahas sebuah perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul. Namun, taat dan patuh kepada Allah dan Rasul tersebut tidak cukup, karena manusia juga perlu untuk tidak saling menjatuhkan.

"Sebab, sikap saling berbantahan dan menjatuhkan akan berakibat pada kegagalan dan kehancuran. Maka yang perlu dilakukan adalah menata mental yang kuat, menata masyarakat, dan gemar belajar sebagai bagian penting untuk meraih kesuksesan," ujar TGB.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement