REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan, negaranya akan terus berjuang untuk meraih kemerdekaan penuh dan lepas dari pendudukan Israel. Walaupun dia menyadari saat ini tantangan untuk mencapai cita-cita itu kian sulit karena Amerika Serikat (AS) bersekutu dengan Israel.
Berbicara di sebuah konferensi pers di Kairo, Mesir,Rabu (17/1), Abbas mengatakan keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kotaIsrael merupakan langkah yang sangat menyakiti hati Palestina. Keputusan AS tersebut,menurut Abbas, juga termasuk sebuah tindakan 'berdosa'.
Oleh sebab itu, sejak AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, ia memutuskan menyisihkan Washington dari proses perundingan damai dengan Palestina. Sebab AS tak dapat lagi dipercaya dan diandalkan untukmenjadi mediator yang netral.
Namun Abbas menegaskan, berpalingnya AS kepada Israel tak akan menyurutkan semangat Palestina untuk meraih kemerdekaan penuh dan terbebas dari pendudukan.
"Palestina akan terus mengejar tuntutannya dengan damai sampai kita memenangkan kembali hak-hak kita, ujarnya.
Pada Selasa (16/1), Pemerintah AS mengumumkan akan memangkas dana bantuan buat Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) sebesar 60 juta dolar.
Hal ini dinilai merupakan bentuk tekanan AS untuk memaksa Otoritas Palestina agarkembali ke meja perundingan damai dengan Israel.