Senin 29 Jan 2018 17:14 WIB

Bukopin Targetkan Rp 1,5 Triliun dari Bisnis Multifinance

Bukopin gandeng dua anak usaha untuk garap bisnis multifinance.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nidia Zuraya
bukopin
bukopin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Bukopin Tbk menargetkan nilai volume bisnis pembiayaan multifinance sebesar Rp 1,5 triliun pada 2018. Nilai tersebut diperoleh melalui kerja sama Bank Bukopin dengan Bukopin Finance, serta Bank Syariah Bukopin dengan Bukopin Finance.

Direktur Utama Bank Bukopin, Eko Rahmansyah Gindo, mengatakan, kerja sama tersebut menjadi salah satu bentuk sinergi antara Bank Bukopin dengan Bukopin Finance dan juga Bank Syariah Bukopin dengan Bukopin Finance untuk ekspansi kredit kepemilikan mobil (KPM) untuk saat ini dan tahun-tahun ke depan. Nilai volume pertumbuhan KPM yang ditargetkan untuk tahun ini diharapkan bisa menyentuh angka Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun gabungan produk konvensional maupun syariah.

"Ini langkah awal sehingga ke depan tidak ada lagi proses kredit KPM yang dilakukan di Bank Bukopin maupun Bank Syariah Bukopin," kata Eko kepada wartawan seusai penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut di Kantor Pusat Bank Bukopin, Jakarta, Senin (29/1).

Eko menjelaskan, Bank Bukopin melihat bisnis multifinance memiliki pangsa pasar yang besar di Indonesia. Berdasarkan hasil riset di Bank Bukopin pembiayaan baru di multifinance sebesar Rp 30 triliun setiap bulan. Jadi total pasar dalam tahun bisa mencapai Rp 300 triliun-Rp 350 triliun.

Bank Bukopin juga melakukan identifikasi yang menunjukkan 10 besar perusahaan multifinance mengontrol 61 persen dari total market. Dari 10 besar tersebut, enam perusahaan multifinance di back up industri perbankan dan empat lainnya di back up oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM). Karenanya, Bank Bukopin mendukung anak perusahaan yang bergerak di bisnis multifinance.

"Ini strategi kami untuk meningkatkan portofolio kredit ritel di Bank Bukopin. Dengan kerjasama ini, kredit yang diberikan lebih tepat sasaran dan pengelolaan kredit dilakukan secara sistem," tutur Eko.

Saat ini, Bukopin Finance telah menerapkan sistem mobile collection. Sehingga diharapkan proses penagihan bisa tepat waktu. Kemudian, mulai Januari 2018, Bokopin Finance menerapkan mobile survey dimana proses survei dilakukan secara digital.

Melalui kerjasama tersebut, diharapkan Bukopin Finance tidak akan mengalami kendala likuiditas. Sebab, likuiditas telah ditopang oleh Bank Bukopin dan Bank Syariah Bukopin.

Direktur Utama Bukopin Finance Tri Djoko Roesiono, menambahkan, sinergi dengan Bank Bukopin dan Bank Syariah Bukopin menggunakan skema join financing dan channeling. Sehingga nantinya ada sales financing di kisaran 5-10 persen.

Pada 2017, pembiayaan Bukopin Finance sebesar Rp 500 miliar dengan posisi outstanding sekitar Rp 702 miliar. "Karena kan di dalam pertumbuhan itu ada penurunan outstanding karena angsuran menurun, ekspansi lebih besar, ada penurunan plafon angsuran nasabah," terangnya.

Tri Djoko menjelaskan, untuk mencapai target Rp 1 triliun sampai Rp 1,5 triliun tersebut, Bukopin Finance menerapkan beberapa strategi.

Antara lain, dengan memiliki outlet yang banuak. Tahun ini Bukopin Finance akan membuka 20 cabang lagi untuk kantor layanan marketing. Pemasaran juga dilakukan di Bank Bukopin dan Bank Syariah Bukopin. "Bank Bukopin dan Bank Syariah Bukopin tetap melakukan marketing kemudian kami yang melakukan proses," katanya menambahkan.

Direktur Utama Bank Syariah Bukopin, Saidi Mulia Lubis, menambahkan, dari target Rp 1 triliun sampai Rp 1,5 triliun tersebut, Bank Syariah Bukopin menargetkan dapat menyalurkan sekitar Rp 150 miliar. "Kalau Bank Bukopin Rp 1,5 miliar kami ya 10 persennya," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement