Jumat 02 Feb 2018 22:06 WIB

Ribuan Santri di Cirebon Berebut Salaman dengan TGB

TGB seperti teringat momen-momen saat ia 'nyantri' di Ponpes

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Hazliansyah
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi (tengah) bersama Pengasuh Pondok Pesantren Kempek Cirebon, Muhammad Musthofa Aqiel (kiri) dalam Ngaji Kebangsaan di Ponpes Kempek, Cirebon, Jumat (2/2).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Gubernur NTB TGB Zainul Majdi (tengah) bersama Pengasuh Pondok Pesantren Kempek Cirebon, Muhammad Musthofa Aqiel (kiri) dalam Ngaji Kebangsaan di Ponpes Kempek, Cirebon, Jumat (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kedatangan Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) di Pondok Pesantren (Ponpes) Kempek, Cirebon, Jawa Barat (Jabar) pada Jumat (2/2) sekitar pukul 18.00 Wib, membuat heboh para santri.

Sesaat menjejakkan kaki di ponpes ini, TGB langsung 'diserbu' ribuan ribuan yang saling berdesak-desakan untuk mencium tangan TGB. Dengan penuh senyum dan kesabaran, TGB melayani permintaan para santri tesebut.

Pengasuh Ponpes Khas Kempek Muhammad Musthofa Aqiel mengatakan, TGB merupakan salah satu santri dan jebolan pesantren yang berhasil dan patut dicontoh.

"Priben carane (bagaimana caranya) menjadi santri yang baik dan pejabat, gubernur seperti beliau," ujar Musthofa di Ponpes Kempek, Cirebon, Jumat (2/2).

Musthofa meminta santri di Kempek belajar dan mencontoh dari apa yang dilakukan TGB. Dengan gaya humor, Musthofa menyampaikan bahwa dulunya TGB sama seperti santri-santri di Kempek yang ikut berebutan mencium tangan dan hormat kepada alim ulama.

Bagi Musthofa, TGB merupakan sosok gubernur yang luar biasa dan jarang ada di Indonesia, mengingat berasal dari kalangan santri dan hafal Alquran.

"Saya merasa senang dengan kedatangan beliau (TGB), kita doakan moga-moga Allah SWT mendudukan beliau (TGB) di tempat yang lebih bermmanfaat lagi bagi Indonesia," lanjut Musthofa.

TGB sendiri mengaku terkejut dengan antusias para santri di Kempek. Melihat para santri, TGB seperti teringat momen-momen saat ia 'nyantri' di Ponpes Darun Nahdlatain Nahdlatul Wathan (NW) Pancor di Lombok Timur pada tahun '85-an.

"Melihat santri ini saya teringat saat dulu mondok, sama seperti adik-adik ini, pecinya miring," kata TGB, disambut gelak tawa para santri.

TGB mengajak para santri belajar dengan sungguh-sungguh selama di ponpes. Menurut TGB, bekal yang ada di dalam ponpes sangat bermanfaat untuk di masa mendatang.

"Di Lombok, semua sekolah (pendidikan) saya ya pesantren. Jadi saya ini anak pondok, santri. Selama saya santri di Pancor, sistemnya sama dengan Kempek, membaca kitab, alhamdulillah bekal dari pesantren sangat cukup buat saya dan juga buat kalian," ucap TGB.

Di ponpes, kata TGB, pada santri akan mendapatkan bekal yang sangat baik untuk masa depan, yakni belajar ilmu dan belajar akhlak. Semasa 'mondok', TGB mengaku hanya belajar dengan sungguh-sungguh, tanpa tahu akan seperti apa ke depannya.

"Belajar ilmu dan belajar akhlak. Hanya itu saja, tidak usah pusing. Allah akan mengarahkan kalian. Kalau melihat wajahnya (santri) yang cerah-cerah, kalian akan berada jauh lebih baik dari saya," ungkap TGB.

Kata TGB, bekal dari dunia ponpes pula yang mengantarkan ia menuntut ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. TGB meyakini para santri di Kempek bisa mengikuti jejaknya, bahkan melampuinya jika melihat kesungguhan para santri menuntut ilmu di Kempek.

"Saya ke Kairo, modalnya ya dari ponpes. kalau adik-adik istiqomah, InsyaAllah akan jalankan kaki kalian ke Kairo, Madinah, Mekah, Yaman, London, hingga Paris dengan ilmu dari Kempek ini, dengan iman dengan ilmu," kata TGB menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement