Kamis 08 Feb 2018 15:45 WIB

Turki Klaim Netralkan Hampir 1.000 Teroris di Afrin

Netralisasi kerap digunakan untuk status teroris telah menyerah, terbunuh, tertangkap

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Esthi Maharani
Turki
Turki

REPUBLIKA.CO.ID,  ANKARA -- Pemerintah Turki mengklaim sedikitnya telah menetralisasi 999 anggota teroris sejak operasi militer di Afrin dimulai. Ratusan anggota kelomok ekstrimis itu berhasil diamankan militer Turki melalui sejumlah serangan udara.

Seperti diwartakan Anadolu Agency, Kamis (8/2) melalui keterangan resmi militer, Turki kembali menetralisasi 29 anggota PYD dan Daesh dari Afrin. Kata netralisasi kerap digunakan otoritas Turki untuk menyiratkan status teroris telah menyerah, terbunuh atau tertangkap.

Ankara memulai operasi militer di kawasan utara Suriah pada 20 Januari kemarin. Mereka beralasan, agresi terpaksa dilakukan untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di perbatasan Turki. Tindakan militer juga untuk mewujudkan stabilitas dan melindungi Suriah dari serangan serta kekejaman teroris.

Turki mengatakan, operasi militer yang mereka lakukan hanya menargetkan kelompok teroris. Agresi, Ankara mengatakan, dilakukan dengan sangat hati-hati dan sensitif agar tidak melukai warga sipil.

Dilansir laman Reuters, milisi Kurdis Suriah mengatakan, serangan militer Turki menghancurkan sebuah sekolah dan lokasi cadangan air masyarakat. Juru Bicara YPG Nouri Mahmoud mengatakan, tentara Turki membidik pabrik air yang memasok air Afrin. Dia mengatakan, teknisi terus berusaha memperbaiki kerusakan di pabrik perawatan dan pemompaan setelah artileri melumpuhkan fasilitas tersebut.

Organisasi HAM Inggris di Suriah mengatakan, serangan yang dilakukan tentara Turki merusak fasilitas penyuplai air yang terletak sembilan kilometer di timur luat Afrin. Fasilitas itu merupakan memasok air minum ratusan ribu penduduk dan orang-orang telantar di wilayah Afrin.

Turki lantas membantah tuduhan tersebut. "Pasukan militer tidak pernah memidik fasilitas semacam itu," kata sumber militer Turki.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement