REPUBLIKA.CO.ID,MAGELANG -- Menteri Pariwisata Arief Yahya optimistis target kunjungan dua juta wisatawan ke Kawasan Candi Borobudur pada 2019 tercapai setelah pembangunan infrastruktur dan fasilitas selesai. Jumlah kunjungan ke Kawasan Candi Borobudur saat ini baru mencapai 750 ribu wisatawan.
Dalam peresmian Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (9/2) malam, Menteri Arief Yahya mengatakan Candi Borobudur yang ditetapkan sebagai salah satu dari "10 Destinasi Bali Baru", tersebut akan mendatangkan lebih banyak wisatawan setelah pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) selesai.
"Terlalu mudah untuk menjual Borobudur hanya dua juta wisatawan karena memiliki atraksi berkelas dunia. Namun, aksesnya pun harus kelas dunia. Kita taHu hal paling mendasar adalah bandara sudah overload," kata Menpar.
Jumlah kunjungan ke Kawasan Candi Borobudur saat ini baru mencapai 750 ribu wisatawan. Menurut Arief, jumlah kunjungan sulit menembus satu juta wisatawan karena keterbatasan kapasitas Bandara Adisutjipto yang hanya bisa menampung 1,5 juta penumpang per tahun, sedangkan jumlah kedatangan bisa mencapai 6 juta orang per tahun.
Selain itu, belum ada penerbangan langsung ke Yogyakarta atau Semarang dari kota besar dunia, kecuali dari Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Wisatawan mancanegara di luar kedua negara tersebut harus transit terlebih dahulu di Singapura, Kuala Lumpur, Jakarta atau Bali terlebih dahulu sebelum tiba di Yogyakarta. Arief meyakini jika Bandara NYIA sudah selesai, wisatawan mancanegara akan semakin dimudahkan untuk ke Borobudur.
Upaya lainnya dalam mencapai kunjungan dua juta wisatawan pada 2019, yakni fasilitas penginapan. Berkaca dari pengalaman di Mandalika, Arief menuturkan setelah diresmikannya Mandalika sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, investasi resor dan hotel berbintang di area tersebut berkembang pesat.
Oleh karena itu, Menpar meminta Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur segera bergegas untuk menyiapkan fasilitas dan prasarana dasar bagi wisatawan. Ia menegaskan pembangunan fasilitas (amenities) tidak harus berbentuk gedung permanen (fixed building) seperti hotel yang membutuhkan waktu penyelesaian tiga sampai lima tahun.
Pengembangan konsep pariwisata nomaden atau nomadic tourism menjadi alternatif yang bisa menjual pariwisata Borobudur dengan cepat, yakni dengan membangun model penginapan karavan, kemah mewah (glamorous camping/glamping) dan home port.
"Semua destinasi utama, bandaranya harus internasional. Kalau tidak, orang tidak mau datang. Semua infrastruktur dan fasilitas dasar seperti jalan, hotel, internet harus 'established' terlebih dahulu," kata dia.
Kementerian Pariwisata menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke Borobudur pada 2019 bisa mencapai 2 juta orang dengan proyeksi devisa negara mencapai 2 miliar dolar AS.