REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla meminta agar para pemuka agama harus lebih tenang dan meneduhkan jamaahnya ketika berdakwah atau memberikan khutbah. Hal ini untuk menghindari adanya provokasi politik yang mengatasnamakan agama.
Jusuf Kalla tak menampik bahwa, isu agama dalam politik susah dihindari. Dia mencontohkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa menang karena ada isu agama.
"Seperti saya katakan, kalau hanya isu (agama) saja itu susah dihindari, jangankan itu, Trump menang pun isu agama. Artinya memang ini dipakai orang kadang-kadang," ujar Jusuf Kalla ketika ditemui di kantornya, Selasa (13/2).
Menurut Jusuf Kalla, selama isu agama tersebut tidak mempertentangkan satu sama lain maka tidak akan timbul masalah dan perpecahan. Oleh karena itu, Jusuf Kalla mengimbau agar isu agama ini tidak saling dipertentangkan satu sama lain.
"Tapi selama itu tidak mempertentangkan bahwa dia ini pimpinan agama silahkan, kita tidak bisa hindari. Dan yang bisa dihindari jangan mempertentangkan satu sama lain, (kalau tidak) pasti menimbulkan bahaya," kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla optimistis, isu agama dalam politik yang ada pada hari ini tidak akan menimbulkan konflik yang besar. Sebab, pemerintah sudah belajar dari pengalaman sebelumnya yakni ketika terjadi konflik di Poso dan Ambon.
"Kita belajar dari pengalaman kita selama ini, alhamdulillah di Indonesia itu tidak menimbulkan konflik dalam arti besar terkecuali kemarin di Poso, Ambon. Setelah itu kan tidak, sudah reda," ujar Jusuf Kalla.
Beberapa waktu terakhir, terdapat sejumlah serangan terhadap pemuka agama. Serangan pertama menimpa pengasuh Pondok Pesantren al-Hiadayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1). Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 dengan korban Ustaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis).
Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan oknum tetangga yang diduga alami gangguan kejiwaan. Kemudian ada serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal.
Ada juga seorang pria yang bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At Tawakkal Kota Bandung mengacung-acungkan pisau. Terakhir, pada Ahad (11/2), pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.
Terkait dengan serangan-serangan terhadap pemuka agama ini, Jusuf Kalla menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian. Dia menilai, serangan-serangan ini tidak berkaitan dengan kepentingan politik tertentu.
"Siapa yang ingin berpolitik dengan membuat perpecahan, biar polisi menyelidiki apa yang terjadi disitu," ujar Jusuf Kalla.