REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Komite Internasional Palang Merah (ICRC) meminta diberi akses untuk mengobati dan merawat korban luka di Ghouta Timur, Suriah. Menurutnya, serangkaian serangan dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan banyaknya korban luka di daerah tersebut.
"Tenaga medis di Ghouta Timur tidak dapat mengatasi tingginya jumlah korban luka-luka. Daerah tersebut tidak memiliki cukup obat-obatan dan persediaan, terutama setelah fasilitas medis dilaporkan telah terkena serangan," kata ICRC dalam sebuah pernyataan.
Kepala Delegasi ICRC di Suriah Marianne Gasser mengatakan pertempuran tampaknya akan terus berlangsung dan menimbulkan lebih banyak korban di hari-hari dan pekan-pekan mendatang. "Tim kami perlu diizinkan masuk ke Ghouta Timur untuk membantu pihak yang terluka," katanya.
Menurut Gasser, banyak korban luka di Ghouta Timur yang sekarat hanya karena tidak dapat diobati tepat pada waktunya. Ia mengatakan di beberapa daerah di Ghouta, seluruh keluarga tidak memiliki tempat aman untuk dilalui. Di sisi lain garis depan, orang-orang Damaskus cemas anak-anak mereka terhantam mortir yang jatuh.
"Ini gila dan harus dihentikan, penduduk sipil tidak boleh dijadikan sasaran," ucap Gasser.
Direktur ICRC untuk Timur Tengah Robert Mardini juga menyerukan hal serupa. Kata-kata tidak dapat menangkap tingkat penderitaan dan keputusasaan manusia. "Kami di ICRC meminta akses kemanusiaan segera ke Ghouta Timur," tulis Mardini di akun Twitter-nya.
Sejak akhir pekan lalu, pasukan pemerintah Suriah membombardir Ghouta Timur dengan menggunakan bom laras, artileri, dan jenis senjata lainnya. Serangan yang dilakukan dan diklaim untuk menumpas kelompok pemberontak tersebut ternyata turut membunuh warga sipil di sana. Hanya dalam beberapa hari saja, sekitar 250 warga sipil dilaporkan tewas akibat serangkaian serangan tersebut.