REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Panitia Pelakasana Asian Games 2018 (Inasgoc) Erick Thohir menyatakan tempat tidur di setiap unit yang ada saat ini sudah sesuai dengan yang dipakai di Olimpiade dan Asian Games. Tempat tidur tersebut sempat mendapat sorotan atlet-atlet dengan tinggi di atas dua meter saat turnamen uji coba lalu.
"Bed sudah sesuai seperti yang di Olimpiade dan Asian Games seperti itu, masalah atlet basket yang tidak cukup di bed karena tinggi, itu kita sudah memperhatikan, pasti kami akan terus meningkatkan pelayanan kepada atlet, tidak mungkin keluhan mereka kita tidak respons,” kata Erick di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (26/2).
Solusinya, pihak wisma atlet menambah panjang tempat tidur tersebut sebanyak 45 sentimeter sehingga panjangnya menjadi sekitar 2,45 meter. Kendati demikian, dari pantauan di lapangan, tidak semua unit memiliki tambahan tersebut.
Karena itu, Inasgoc bersama pengelola Wisma Atlet akan melakukan pemetaan penempatan kontingen untuk memastikan atlet-atlet dengan tinggi badan lebih dari dua meter akan mendapatkan tempat tidur yang sesuai. Pemetaan penempatan ini bisa dilakukan setelah peserta melakukan entry by name atau pendaftaran nama atlet.
Negara-negara peserta Asian Games akan mendaftarkan nama atletnya pada 30 Juni mendatang atau 1,5 bulan sebelum penyelenggaraan ajang multievent tersebut. Pemetaan juga mengantisipasi kemungkinan ada permintaan khusus dari peserta terkait penempatan atletnya.
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kiri), dan Ketua Inasgoc Erick Thohir (kanan) meninjau kesiapan Wisma Atlet Asian games 2018 di Kemayoran, Jakarta, Senin (26/2). (Republika/Wihdan Hidayat)
Selain itu, pemetaan ini menjadi penting karena kapasitas Wisma Atlet Kemayoran lebih besar daripada jumlah atlet yang direncanakan masuk. Dia menyebutkan total jumlah tempat tidur di Wisma Atlet Kemayoran sebanyak 16 ribu unit sedangkan peserta yang akan masuk sekitar 11 ribu sampai 12 ribu.
"Total yang menghuni di sini bisa hingga 16 ribu, untuk pemetaannya siapa ditempatkan di mana nunggu entry data dulu pada Juni, bukan tidak mungkin ada permintaan, misal satu kontingen mau satu tower, itu bagian dari koordinasi Kepala Kontingen dengan kami," ujar Erick.
Inasgoc juga mengantisipasi persoalan makanan di Wisma Atlet Kemayoran. Erick mengatakan persoalan makanan saat turnamen uji coba Turnamen Invitasi Asian Games 2018 lalu, yakni ada pesanan dari beberapa kontingen untuk menyediakan menu sesuai negara asalnya.
Meskipun ada yang disediakan, Erick menyatakan Inasgoc ingin mempromosikan masakan Indonesia terutama saat hari penyelenggaraan. "Pesannya tetap, kami juga mau promosi makanan Indonesia, masa mau makan asing terus, makanan Indonesia akan kami siapkan," ucapnya.
Dengan berbaga perbaikan-perbaikan tersebut, Erick berharap bisa terjadi titik temu antara pelayanan penyelenggara dan kepuasan atlet. Erick menambahkan hasil survei ketika turnamen uji coba lalu, respons para atlet sangat bagus walau masih ada dua kekurangan yang harus diperbaiki.
Pertama, kali yang mengalir di samping Wisma Atlet Kemayoran mengeluarkan bau tidak sedap. Kedua, tempat pemberhentian bus dari dan ke wisma atlet di bagian muka wisma atlet.
"Yang sekarang itu hanya tinggal sungai karena dekat ruang makan serta tempat pemberhentian bus depan, yang lain sih Insyaallah sudah sesuai," ujarnya.
Terkait persoalan kali yang mengalir di samping Wisma Atlet, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengusulkan untuk direkayasa agar air sungai tersebut dapat didorong langsung ke kawasan hilir di Ancol. Selain itu, usulan lainnya, melakukan pendekatan ke industri rumahan di sekitar sungai untuk dicarikan solusi agar menjaga kebersihan selama Asian Games berlangsung.
Wisma atlet berada di dua lokasi di Kemayoran. Pertama ada di blok D-10 di Kemayoran yang dibangun tujuh tower yang terdiri dari 5.494 unit, serta di blok C-2 yang dibangun tiga tower terdiri dari 1.932 unit yang bernilai total Rp3,4 triliun dan mampu menampung 22.278 orang.