REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kelompok Taliban menuntut penarikan militer Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan sebagai prasyarat untuk memulai tawaran perbincangan damai.
Anggota senior Taliban mengatakan, kelompoknya baru berniat melakukan negosiasi dengan pemerintah setelah pasukan tersebut ditarik mundur.
Penarikan tentara AS dari Afganistan itu bukan tanpa alasan. Anggota senior tersebut berpendapat, Taliban berjuang untuk kemerdekaan negara dan bukan untuk perebutan kekuasaan. Dia melanjutkan, perjuangan kelompok akan rampung jika kekuatan asing menarik diri.
"Karena hanya Amerika yang bisa memutuskan dan menerapkan keputusan untuk menarik pasukan asing dari Afghanistan, itulah mengapa pembicaraan langsung dengan AS diperlukan pada tahap pertama," kata anggota senior tersebut seperti dilaporkan Aljazirah, Rabu (28/2).
Taliban sebelumnya juga sudah mengirim surat kepada Pemerintah AS dan mengundang Presiden Donald Trump ikut dalam negosiasi damai tersebut. Surat yang dikirim dua pekan lalu itu berisi permohonan kepada Paman Sam dan anggota kongres untuk membujuk Trump turun tangan dalam negosiasi.
Taliban juga meminta kantor politik mereka yang berbasis di Qatar tidak ditutup. Ini menyusul adanya kabar yang menyebutkan jika pemerintah Afganistan telah meminta otoritas Qatar untuk menutup kantor mereka di Doha.
Baca juga, Trump: AS tak Ingin Berbicara dengan Taliban.
Laporan itu juga menyebutkan jika kantor taliban yang berada di Doha tidak memiliki konsekuensi positif untuk memfasilitasi perundingan perdamaian. Meski demikian, Taliban menegaskan, penutupan kantor tersebut akan mengganggu tawaran perundingan yang dilayangkan.
Sebelumnya, Presiden Afganistan Ashraf Ghani membuka pintu bagi kelompok Taliban untuk menjadi partai politik yang sah secara hukum. Tawaran tersebut diberikan sebagai bagian dari rencana perdamaian kedua belah pihak.