Ahad 04 Mar 2018 13:42 WIB

Ustaz Bachtiar Nasir: Hentikan Kejahatan Kemanusian

Kejatahan kemanusiaan ini jelas pelanggaran serius terhadap hukum internasional,

Rep: Novita Intan/ Red: Agus Yulianto
 Ketua GNPF MUI Bachtiar Nasir bersama anggota GNPF MUI menggelar jumpa pers Aksi Simpatik 55 di AQL Center, Jakarta, Selasa (2/5).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua GNPF MUI Bachtiar Nasir bersama anggota GNPF MUI menggelar jumpa pers Aksi Simpatik 55 di AQL Center, Jakarta, Selasa (2/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Krisis kemanusiaan terus berlangsung di belahan dunia Islam. Serangan dan blokade masih setia menghinggapi jutaan orang. Dalam kondisi tak berdaya sekalipun, mereka tetap menjadi target dari arogansi para pemimpin zalim. Anak-anak, wanita, dan orangtua pun menjadi korban. Sedangkan, tempat ibadah, panti asuhan, dan fasilitas kesehatan yang harusnya steril pun tak luput dari sasaran.

Kejadian tersebut membuat Ulama dan Aktivis Pejuang Baitul Maqdis, sebagai wadah para pejuang pembebasan Palestina, menyerukan kepada umat Islam di Indonesia maupun luar negeri, serta pemimpin dunia untuk berjuang sekuat mungkin menghentikan kejahatan kemanusiaan di Suriah, khususnya di Ghouta.

"Ini jelas pelanggaran serius terhadap hukum internasional," ujar Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Ustaz Bachtiar Nasir dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co,id, Jakarta, Ahad (4/3).

Kemudian, pihaknya menyerukan kepada umat Islam dan pemimpin dunia agar bersungguh-sungguh memperjuangkan penolakan terhadap pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada Mei. "Langkah ini adalah bentuk pelecehan terhadap dunia Islam karena pemindahan itu bertepatan dengan hari di mana penjajah Israel mendirikan negara

ilegalnya.

photo
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria (Ilustrasi).

Seperti diketahui, kejadian di Ghouta Timur, Suriah, serangan yang dilakukan oleh rezim Assad dan pendukungnya telah membunuh 674 warga sipil dalam dua pekan terakhir, menurut laporan White Helmets. Ironisnya, Ghouta Timur, yang didiami oleh 400.000 jiwa, telah dikepung selama lima tahun terakhir dan diputus dari akses kemanusiaan.

Di Palestina, pelecehan terhadap Baitul Maqdis kian meningkat dari tahun ke tahun. Relokasi kedutaan menjadi prioritas utama Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Donald Trump mengumumkan keputusan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara penjajah Israel pada Desember tahun lalu.

Bahkan pada 14 Mei 2018 nanti, AS berencana meresmikan Kedutaannya di Baitul Maqdis. Menurut laporan media AS, Duta Besar AS untuk Israel telah menerima banyak tawaran dari donatur Yahudi yang bersedia mendanai bangunan baru untuk proyek tersebut.

Trump juga mempertimbangkan untuk menerima sumbangan dari pemilik kasino dan tokoh bisnis terkenal Sheldon Adelson, yang berasal dari keluarga Yahudi, untuk membantu mendanai proyek tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement